Alat-Alat di Laboratorium

Alat Alat Laboratorium, Daftar alat Laboratorium fisika kimia dan biologi, berikut merupakan alat-alat wajib yang harus ada di lab fisika biologi dan kimia.

Peralatan laboratorium yang dipakai disetiap laboratorium ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Semua itu dibedakan karena memiliki jenis peralatan yang khas dan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya masing-masing.

Termasuk peralatan lab kimia dan biologi. Kedua ranah disiplin ilmu ini memiliki alat-alat lab khasnya tersendiri. Diantara alat-alat laboratorium kimia seperti; gelas ukur, Gelas Beaker, labu ukur, tabung reaksi dan plat tetes. Sedangkan alat Alat Laboratorium Biologi diantaranya adalah; Mikroskop, Kaca pembesar (lup), stetoscope, thermometer digital, anatomi manusia dan lain-lain.

Alat Alat Laboratorium Kimia

Langsung saja, yang pertama kita bahas alat-alat laboratorium pada disiplin ilmu kimia. Jika kalian pernah melakukan praktikum, maka agar dalam proses pelaksanaan sebuah praktikum/eksperimen bisa berjalan dengan lancar dan terkendali, maka dibutuhkan alat-alat laboratorium yang lengkap dan berstandar. alat alat laboratorium ini mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan lainnya.

Berikut ini admin Laporanpraktikum.id memberikan list alat-alat laboratorium kimia yang umumnya digunakan di laboratorium. Utamanya pada lab-lab kimia baik itu disekolah ataupun lembaga-lembaga penelitian.

1. Gelas Ukur

Alat laboratorium pertama adalah Gelas ukur, Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat untuk mengukur volume larutan, mulai dari volume 10mL hingga 2L. Bahkan ada beberapa gelas ukur yang mampu mengukur dengan standar 0,05mL sampai 10mL. Gelas ukur Umumnya berbentuk pipa dan umumnya terbuat dari bahan plastik yang dilengkapi dengan bagian bawah yang lebar, sebagai kaki untuk menjaga kestabilan gelas ukur.

2. Tabung Reaksi

Tabung reaksi adalah peralatan laboratorium berjenis gelas yang terbuat dari kaca atau plastik. bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia (lihat foto diatas). Tabung reaksi  tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki ukuran berdiameter 10-20 dengan panjang 50-200 mm.

Adapun fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung dan memanaskan bahan-bahan kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif.  Selain berukuran kecil ada juga Tabung reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat tersebut dinamakan “Labu didih”.

3. Labu Ukur

Labu ukur (Volumetric Flask) atau labu takar adalah alat kimia, yang digunakan untuk mengencerkan larutan hingga mencapai volume tertentu. Alat yang terbuat dari kaca berbentuk labu ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi tinggi.

Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat sebuah lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada lehernya juga terdapat  tanda batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL hingga 2 L.

Umumnya, labu ukur ini berwarna transparan, sehingga sangat memudahkan pemantauan. Namun, ada pula yang berwarna gelap serta dilengkapi dengan penutup yang tahan terhadap bahan dan reaksi kimia, seperti bahan polietilen.

4. Labu Erlenmeyer

Erlenmeyer adalah jenis labu laboratorium yang banyak digunakan. Alat berbentuk kerucut dengan leher silinder dan dasar yang datar ini diambil dari  nama “Emil Erlenmeyer”. seorang kimiawan asal jerman.

Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk mencampur, mengukur dan menyimpan cairan. Umumnya erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga tahan ketika dipanaskan. Ukuran labu erlenmeyer bervariasi mulai dari 50 – 500 ml.

Dalam laboratorium mikrobiologi alat lab ini digunakan untuk membantu proses pembiakan mikroba.

5. Gelas Beaker atau Gelas Piala

Gelas yang sering disebut gelas piala  dan gelas kimia ini adalah alat laboratorium yang berfungsi sebagai penampung. Alat berbentuk silinder dengan alas datar ini, biasa digunakan untuk bahan kimia dengan sifat korosif yang terbuat dari PPTE. Dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau hilangnya cairan, gelas ini biasa dipasangkan dengan gelas arloji sebagai penutup.

Terdapat beberapa ukuran untuk gelas ini, mulai dari 25 mL hingga 3 L. Gelas beaker terbuat dari bahan borosilikat atau plastik.

6. Pipet Tetes

Pipet digunakan untuk memindahkan volume cairan yang telah terukur. Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian yang berbeda. Macam-macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan pipet volume:

Pipet tetes Sesuai dengan namanya, pipet yang satu ini mampu memindahkan cairan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu berupa tetesan. Hal ini dikarenakan bentuk dari pipet ini yang berupa pipa kecil yang ditutupi dengan karet di bagian atasnya. Lebih lanjut mengenai pipet tetes dapat kalian baca disini.

7. Pipet Ukur

Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan larutan secara terukur sesuai dengan volume. Pada pipet ini juga terdapat skala yang menunjukan volume tersebut. Ukuran volume terbesat pipet ukur sendiri adalah 50 ml.

8. Pipet Volume atau Pipet Gondok

Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet tetes, pipet volume memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan dari wadah ke wadah. Peralatan laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi.

Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya. Fungsinya adalah untuk mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung tersebut.

9. Kaki Tiga

Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang mempunyai 3 kaki yang memiliki fungsi sebagai penyangga ring. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penahan kawat kasa dan penyangga ketika proses pemanasan.

10. Rak Tabung Reaksi

Rak tabung reaksi adalah alat yang umumnya terbuat dari kayu. Ia mempunyai 12 lubang dengan 12 cekungan dibawahnya untuk menyimpan tabung reaksi. Ukuran rak ini sekitar 20 x 10 cm. Pada bagian lainnya, terdapat 6 batang kayu yang berfungsi sebagai tempat tabung reaksi dikeringkan.

Secara ringkas. Fungsi tabung reaksi adalah sebagai tempat menyimpan tabung reaksi, mengeringkan dan menjaga tabung reaksi agar tidak berjamur.

11. Penjepit Tabung Reaksi

Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu dan digunakan untuk menjepit tabung reaksi disaat proses pemanasan. Atau bisa juga digunakan untuk mengambil kertas saring dan benda-benda lab lain disaat kondisi alat tersebut panas.

12. Plat Tetes

Fungsi Plat tetes adalah sebagai penguji keasaman suatu larutan atau mereaksikan larutan . Plat tetes terbuat dari bahan porselen dan umumnya tersedia dalam jumlan 6, 12 dan 16 lubang tetes.

13. Mortar dan Alue (Pestle)

Mortar dan Pestle atau dalam bahasa Indonesia dinamai Lesung dan Alu. Fungsi alat laboratorium ini adalah untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu bahan atau zat yang masih bersifat padat atau kristal.

Dalam laboratorium biologi mortar dan alu ini juga digunakan untuk menghancurkan atau menghaluskan bahan – bahan praktek seperti daun, biji-bijian, akar, protein, DNA, RNA dll.

Perlu diketahui juga, Mortal (lesung) adalah bagian wadah sedangkan pestle (alu) adalah bagian batang yang kita pegang.

14. Kawat Kasa

Fungsi kawat kasa adalah untuk menahan beaker atau labu ketika proses pemanasan menggunakan pemanas bunsen atau pemanas spiritus. Kawat kasa juga ditopang alat kaki tiga pada bagian bawahnya untuk membuat proses pemanasan berjalan maksimal.

15. Kawat Nikrom

Fungsi kawat krom adalah untuk mengidentifikasi zat dengan cara uji nyala.

16. Corong Pisah

Peralatan laboratorium berbentuk kerucut dengan tutup setengah bola ini biasanya digunakan dalam proses ekstraksi cair. Yaitu proses memisahkankomponen-komponen fase pelarut dengan densitas yang berbeda.

Corong pisah atau corong pemisah memiliki bagian penyumbat di atasnya dan keran dibawahnya. Alat lab kimia ini dibuat dari kaca borosilikat. Sedangkan kerannya terbuat dari teflon ataupun kaca.

17. Batang Pengaduk

Batang pengaduk digunakan untuk mencampur cairan dengan bahan kimia untuk keperluan praktek di laboratorium. Batang pengaduk umumnya terbuat dari kaca pejal, borosilikat (pyrex). Ukurannya hampir sama dengan sedotan minuman. Namun sedikit pandang dengan ujung membulat.

Selain untuk mencampur larutan. Fungsi batang pengaduk juga adalah untuk membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi dan memecahkan emulsi pada suatu ekstraksi.

18. Gelas Kaca atau Gelas Arloji

Gelas berbentuk bundar dengan beragam diameter ini memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

  1. Penutup gelas kimia ketika tengah proses pemanasan sampel (penguapan).
  2. Sebagai tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
  3. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses pengamatan dan Sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang.

19. Labu Destilasi

Fungsi destilasi atau penyulingan adalah memisahkan suatu larutan ke dalam masing masing komponennya. Bisa juga didefinisikan sebagai suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan dan volatilitas atau kemudahan menguap.

Labu destilas digunakan untuk menampung zat-zat, utamanya zat yang memiliki titik lebih tinggi ketika proses destilasi. Alat yang ada di laboratorium kimia ini mempunyai pipa yang mengarah kesisi. Pipa tersebut nantinya disambungkan pada gelas pendingin pada saat digunakan untuk destilasi.

20. Kondensor

Condesor adalah alat laboratorium yang memiliki fungsi untuk mendinginkan cairan panas dan mengembunkan uap. Alat ini memiliki beragam jenis bentuk, dengan di antaranya adalah condesor graham, Vigreux kolom, condesor dimroth (spiral), condesor Liebig (lurus), dan condesor Allihn (bulat).

21. Spatula Plastik dan Logam

Kedua jenis spatula ini digunakan untuk mengambil bahan kimia bentuk padatan atau kristal. Untuk mengambil zat zat yang memiliki reaksi pada logam maka digunakan spatula plastik. Sebaliknya. Zat-zat yang tidak memiliki reaksi pada logam, maka digunakan spatula logam.

22. Buret

Buret, Alat dengan bentuk silindris memanjang ini biasanya digunakan untuk titrasi dengan presisi tinggi, atau bisa juga untuk mengukur volume suatu larutan. Alat yang dilengkapi dengan skala pada sisi luarnya ini memang dirancang dengan ketelitian yang sangat tinggi, sehingga cocok digunakan untuk keperluan analisis volumetrik kuantitatif.

Kini, meski dalam perkembangannya telah banyak ditemukan alat titrasi berbasis teknologi, buret masih menjadi alat laboratorium yang selalu digunakan.

23. Filler

Filler adalah alat yang digunakan untuk menyedot larutan, yang biasanya dipasang pada pangkal pipet. Alat laboratorium ini dilengkapi dengan karet yang resistan terhadap bahan kimia, sehingga dijamin aman dan tidak mudah rusak.

24. Pembakar Bunsen

Pembakar bunsen diambil dari nama Robert Bunsen. Fungsi pembakar bunsen adalah untuk pemanasan, pembakaran dan sterilisasi jarum osi atau lainnya.

Pembakar bunsen menghasilkan nyala api gas tunggal terbuka. dan secara maan membakar gas yang mudah terbakar seperti  gas alam dan bahan bakar gas cair semisal, propana dan butana atau campuran keduanya.

25. Pembakar Sipiritus

Fungsi pembakar sipiritus adalah untuk memanasi larutan atau membakar zat proses percobaan kimia.

26. Desikator

Desikator adalah alat kimia yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sampel bebas air. Alat ini berbentuk layaknya panci dua susun dengan bagian penutup yang dilapisi vaseline, sehingga akan sulit dibuka dalam keadaan dingin.

Di bagian bawahnya diisi dengan bahan pengering berupa silika gel. Ada dua jenis desikator yang bisa digunakan dalam laboratorium, yaitu desikator biasa dan desikator vakum. Bedanya, pada desikator vakum tersedia katup yang bisa dibuka tutup, serta dihubungkan oleh selang.

27. Penyulingan di Laboratorium (Alat Destilasi)

Alat Destilasi

Dalam laboratorium juga biasanya terdapat satu set alat penyulingan atau destilasi lengkap. Seperti pada rangkaian gambar alat laboratorium diatas. Beberapa dari alat-alat tersebut telah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya.

  1. Kran air
  2. Pipa penghubung
  3. Erlenmeyer
  4. Termometer
  5. Statif dan Klem
  6. Labu alas bulat
  7. Tempat air keluar dari kondensor
  8. Tempat air masuk pada kondensor
  9. Pemanas
  10. Kondensor

Destilasi sendiri adalah proses pemisahan zat-zat berdasarkan perbedaan titik didihnya. komponen zat yang mempunyai titik didik rendah akan menguap terlebih dahulu. Sementara yang memiliki titik didih lebih tinggi akan tetap tertampung dalam labu destilasi.

28. Termometer

Termometer digunakan untuk kebutuhan penelitian di laboratorium. Fungsi termometer laboratorium biasanya digunakan untuk mengukur suhu saat riset, percobaan, praktikum atau penelitian. Contoh Penggunaannya seperti mengukur titik didih dan beku pelarut, titik bawah dan titik atas zat, mengukur kalor reaksi, mengukur perpindahan panas larutan sebelum dan sesudah, mengukur suhu asam-basa, dan lain-lainnya. Lebih lengkap mengenai Termometer dapat anda baca di sini.

Alat Alat Laboratorium Biologi

Langsung saja, yang kedua kita bahas alat-alat laboratorium pada disiplin ilmu Biologi. Jika kalian pernah melakukan praktikum, maka agar dalam proses pelaksanaan sebuah praktikum/eksperimen bisa berjalan dengan lancar dan terkendali, maka dibutuhkan alat-alat laboratorium yang lengkap dan berstandar. alat alat laboratorium ini mempunyai fungsi yang berbeda satu dengan lainnya.

Terkadang Ilmu Biologi juga menggunakan alat Laboratorium kimia, karna memang keduanya hampir sama-sama mengamati pristiwa dan reaksi-rekasi senyawa. tetapi berikut ini tambahan alat Laboratorium untuk displin ilmu biologi, diantarnya adalah sebagai berikut:

1. Autoklaf

Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan.  Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan adanya tekanan, misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15 lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004; Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi kultur media, jarum suntik, dan larutan yang termostabil (Cappuccino & Sherman, 2001).

Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan temperatur, tergantung material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C (250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor penting yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan autoklaf akan memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur media (Collins & Lyne, 2004).  

Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau tidak, diperlukan pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya dapat resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora bakteri dengan material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip ditempatkan di dalam medium cair.  Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair, berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses (Morello dkk., 2003).

2. Oven

Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf, oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan secara elektrik.  Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer, pipet, dan objek metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan rusak apabila diberikan panas uap air (Harley & Prescott, 2002).

Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan sterilisasi cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi pada oven, berkisar antara 160-170 °C.  Apabila lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan menjadi gosong (Harley & Prescott, 2002).

3. Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan suatu sampel kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi sel bakteri yang berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003). Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh sampel (absorban/densitas optik, O.D.) menjadi jumlah konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya, jumlah cahaya yang diteruskan (%T) oleh sampel harus diketahui dengan cara melihat jarum galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer.  Jumlah cahaya yang diteruskan (%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (O.D.) sebagai berikut:O.D. = 2 – log . (%T)Angka O.D. yang telah didapatkan kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel logaritma atau kalkulator, sehingga jumlah konsentrasi sel bakteri pada sampel tersebut dapat diketahui (Benson, 2001).

4. Sentrifugator

Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu komponen sel. Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap komponen sel berdasarkan berat jenis dari tiap komponen sel.  Alat tersebut memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan mengendap dan substansi yang lebih ringan akan berada di atas.  Jika kecepatan sentrifugator semakin meningkat, komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar.  Komponen sel yang mengendap disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan. Pellet yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya (Campbell &  Reece, 2009).

5. Inkubator

Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan.  Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga temperatur dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan air di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba.  Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).

Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan inkubator waterbath shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk mengerami mikroba pada medium padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator waterbath shaker digunakan untuk mengerami mikroba pada medium cair. Pengocokan pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya prosedur pengocokan pada proses inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur di medium cair, seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan medium.

Penggunaan inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan jenis inkubator yang lain.  Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan merata kepada kultur mikroba, karena penghantaran panas melalui air. Agitasi atau pergolakan air juga akan meningkatkan aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi mikroba pada medium cair (Cappuccino & Sherman, 2001).

Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal tersebut disebabkan bakteri anaerob akan terbunuh jika terpapar dengan oksigen. Inkubasi bakteri anaerob dapat dilakukan pada alat khusus  yang mencegah kondisi lingkungan yang kaya oksigen, yaitu alat yang disebut anaerobic jarAnaerobic jar mempunyai banyak tipe, salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik GasPak system (Cappuccino & Sherman, 2001).

Prinsip kerja dari alat anaerobic jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah dengan mengeluarkan oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak Generator dan katalis. Sistem tersebut menggunakan bungkus kimia (GasPak Generator) yang terdiri dari sodium bikarbonat dan sodium borohidrit, yang nantinya akan bereaksi dengan air sehingga menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen. Proses penambahan air dilakukan sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya. Setelah itu, paladium, yang terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan air yang berasal dari hidrogen dan oksigen residu. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan kandungan karbon dioksida semakin meningkat, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri anaerob (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

Untuk mengecek alat anaerobic jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat menggunakan indikator biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan seperti Pseudomonas aeruginosa dan Clostridium welchii. Indikator biologi dapat digunakan untuk melihat kecukupan prosedur anaerob yang terjadi pada alat anaerob jar. Namun, pengecekan dengan indikator biologi memerlukan waktu yang lama (harus menunggu tahap inkubasi sampai selesai) dan hasilnya bergantung juga pada medium yang digunakan (Watt dkk., 1976). Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan adalah metilen biru. Metilen biru akan menjadi berkurang warnanya pada kondisi yang kehilangan oksigen (Cappuccino & Sherman, 2001; Morello dkk., 2003; Tortora dkk., 2010).

6. Desikator

Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan menjauhkannya dari uap air. Desikator disebut juga kotak pengering karena segala sesuatu yang disimpan di dalamnya akan menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu desiccant, yaitu suatu agen yang dapat mengabsorpsi semua uap air yang ada di udara pada lingkungan desikator yang tertutup.  Salah satu desiccant yang sering digunakan adalah silika gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air. Perubahan warna pada silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah diabsorpsi.

7. Microbiological Safety Cabinet (MSC)

Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow. Selain itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya ada tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke seluruh MSC agar tercipta sirkulasi udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu exhaust air. Sirkulasi udara bersih tersebut dapat mencegah kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme (Collins & Lyne, 2004).

8. Vorteks

Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk mencampur sejumlah bahan dalam suatu botol. Prinsip kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan pada botol sehingga berbagai campuran bahan yang ada di dalam botol tersebut menjadi tercampur secara merata. Proses pencampuran bahan pada vorteks harus dilakukan di ruangan mikrobiological safety cabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Collin & Lyne, 2004).

FAQ

Leave a Comment