Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis

Laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis berikut ini merupakan laporan yang admin susun dari berbagai sumber dan referensi, semoga laporan ini dapat membantu pembaca semuanya.

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan:

Mengetahui dan mendapatkan kandungan Kurkumin yang ada di rempah kunyit dengan analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Latar Belakang

Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah yang sering ditemui dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanaman ini memiliki beragam manfaat kesehatan, baik untuk bagian dalam maupun luar tubuh manusia.

Kunyit berwarna kuning atau oranye yang berarti tanaman rimpang tersebut mengandung zat kurkumin. Salah satu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui informasi seputar zat ini adalah analisis Kromatografi Lapis Tipis.

Kromatografi sendiri merupakan teknik pemisahan campuran berbagai komponen atau molekul yang didasarkan atas 2 fase pola pergerakan antara fase diam dan gerak. Kunyit sendiri tidak hanya mengandung kurkumin saja, melainkan terdapat zat-zat lain yang ada didalamnya.

Sedangkan untuk Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang bertujuan untuk memisahkan antar molekul atau campuran yang tidak mudah menguap. Analisis ini menggunakan metode pemisahan kimia dan fisika.

Pemisahan molekul akan terjadi ketika proses perambatan zat di gelas kimia. Pengamatan akan dilakukan pada proses ini, kemudian pendeteksian yang tepat dan benar akan memunculkan angka-angka Rf.

Senyawa kurkumin pada kunyit menjadi titik fokus dari analisis KLT (Kromatografi Lapis Tipis) karena pemanfaatan kurkumin bisa diperluas lagi. Adanya penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kadar kurkumin beserta standarisasi parameter non spesifik dari rimpang kunyit.

Proses standarisasi ekstrak dari kunyit perlu dilakukan karena tanaman ini memiliki zat ballast yang mampu menurunkan kadar kurkumin-nya. Metode KLT yang digunakan mengambil 2 jenis fase yakni fase gerak kloroform:asam asetat glasial:etanol dan fase diam silika gel 160F.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kunyit

Kunyit merupakan salah satu tanaman rimpang atau rempah-rempah yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Nama ilmiah dari tanaman ini adalah Curcuma Longa atau Curcuma Domestica Val. Kunyit juga menjadi salah satu jenis tanaman obat yang sangat berkhasiat (Wikipedia, 2020).

Senyawa yang ada di tanaman kunyit terdiri atas kurkumin, lemak, karbohidrat, protein, pati hingga vitamin c. Senyawa kurkumin inilah yang banyak dikaji para peneliti karena membawa banyak manfaat untuk kehidupan manusia, khususnya kesehatan.

B. Kurkumin

Senyawa kurkumin merupakan salah satu senyawa aktif yang ada di tanaman kunyit berupa polifenol. Rumus kimia untuk pelifonel adalah C21H20O6. Kurkumin terdiri dari 2 bentuk tautomer yakni enol dan keton. Enol berupa zat yang bersifat cair, sedangkan keton bersifat padat.

Kurkumin akan menghasilkan rososianin atau senyawa warna merah jika ada interaksi dengan asam borat. Zat pewarna kuning pada kunyit ini sangat populer karena memiliki sifat antioksidan dan antitumor yang cukup kuat dan tinggi.  (Barokati, Salamah: 2013)

Kandungan kurkumin yang ada pada kunyit terdiri dari kurkumin I=94%, II=6% dan III=0.3%. Rumus molekul untuk mengetahui kadar kurkumin menggunakan C21H20Odengan masa molekul 368,37. Cairan yang bisa melarutkan kurkumin adalah etil asetat, aseton, etanol, metanol hingga kloroform.

Kurkumin yang ada di alam biasanya juga diikuti dengan 2 senyawa lain berupa bis-demotoksi dan demetoksi kurkumin (kurkuminoid). Ketika senyawa kurkumin diikat, maka aktivitas yang timbul berupa antikoagulan, antiprotozoa, antibakteri, antivirus, hingga antikarsenogenik.

C. Kromatografi

Secara umum, Kromatografi merupakan istilah sebuah teknik pemisahan senyawa yang didasarkan pada kecepatan molekul atau komponen ketika merambat di suatu medium. Istilah ini dipopulerkan oleh ahli biotani dari Rusia bernama Michael Tswett.

Menurut Sudarmadji (2007), Kromatografi akan melibatkan 2 fase sebagai cara untuk pemisahan kedua molekul yakni fase diam dan gerak. Kedua fase ini akan menunjukkan keterkaitan di antara 2 molekul yang bercampur. Jenis kromatografi ada 4 yaitu:

1. Kromatografi Cair

Pemisahan ion pada suatu larutan bisa dilakukan dengan mudah melalui metode kromatografi cair. Teknik ini akan menghantarkan larutan sampel hingga ke fase diam. Kemudian, akan muncul perbedaan absorbsi atau penyerapan partisi hingga ukuran molekul.

2. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas akan menggunakan fase kertas stationer sebagai teknik pemisahnya. kertas stationer mengandung selulosa, sehingga membuat zat yang terperangkap akan masuk ke fase diam.

Sedangkan untuk menuju fase gerak, maka ditambahkan dengan larutan atau sampel lain dengan cara dicelup. Kertas kromatografi ini sering kali digunakan untuk pemisahan warna, senyawa tanaman hingga tinta.

3. Kromatografi Kolom

teknik pemisahan yang bisa dilakukan dengan kolom gelas. Jenis kromatografi ini digunakan pada pemisahan pigmen tanaman. Pigmen yang didapatkan akan dimasukkan dalam gelas yang sudah mengandung konten alumina.

4. Kromatografi Lapis Tipis

Metode pemisahan molekul menggunakan analisis kualitatif. Cara pengujiannya harus memisahkan komponen sampel berdasarkan polaritasnya masing-masing. Pelarut yang digunakan juga disesuaikan dengan jenis zat yang ingin diuji.

D. Kromatografi Lapis Tipis

Terdapat beberapa jenis analisis kromatografi yang bisa dilakukan, salah satunya Kromatografi Lapis Tipis atau KLT. Analisis jenis ini akan mendeteksi kadar dari suatu senyawa melalui pemisahan molekul berdasarkan perbedaan tingkat polar beberapa sampel.

Sama halnya dengan analisis kromatografi dasar, jenis analisis ini juga menggunakan fase gerak dan diam. Metode pemisahan fase gerak biasanya menggunakan larutan pengembang, sedangkan fase diam menggunakan bahan berbutir.

Ketika proses pemisahan molekul atau komponen, maka akan didapatkan nilai waktu referensi atau Rf. Media yang digunakan pada penelitian ini akan melibatkan gelas kaca, lempeng kaca hingga zat uji atau pelarut.

E. Waktu Referensi (Rf)

Penelitian KLT tidak akan meninggalkan istilah Rf atau Waktu Referensi. Menurut Hendayana (2006), Rf sendiri merupakan satuan ukur waktu injeksi setiap bagian menuju komponen campuran hingga keluar dari kolom. Waktu yang diukur dimulai dari menit 0 hingga ke puncak peak.

Jarak yang dihasilkan dari jalannya pelarut sifatnya relatif, sehingga perlu adanya hitungan khusus sebagai kepastian tempat berjarak sama meskipun ukuran jarak tiap plat berbeda. Nilai Rf akan digunakan sebagai perbandingan relatif di antara beberapa sampel.

Ketika nilai Rf menunjukkan angka yang besar, maka jarak pergerakan senyawa (dalam hal ini ‘kurkumin’) pada plat kromatografi lapis tipis juga semakin besar. Hal ini akan berlaku untuk nilai Rf rendah maupun sama. Dari waktu referensi ini akan didapatkan karakteristik dari setiap senyawa.

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum tentang Kromatografi Lapis Tipis zat kurkumin pada kunyit ini kami lakukan pada:

Hari: Senin / 02 November 2020
Tempat: Laboratorium Kimia

B. Alat dan Bahan

[su_box title=”Adapun Alat dan Bahan sebagai berikut” style=”noise” box_color=”#2c881f” title_color=”#ffffff”]

Alat

  • Gelas kimia
  • Gelas ukur
  • Timbangan
  • Pipet tetes
  • Lempeng kaca
  • Spatula
  • Kertas saring
  • Corong
  • Pipa kapiler

Bahan

  • Jamu Kunyit Asam (4 sampel berbeda)
  • Kloroform
  • Butanol
  • N-heksana
  • Etanol
  • Alkohol[/su_box]

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja

Langkah kerja dari kromatografi lapis tipis dari kunyit adalah:

  • Jamu kunyit asam ditaruh dalam wadah masing-masing dan ditambahkan alkohol 2 hingga 3 tetes.
  • Jamu disaring menggunakan kertas saring dan dipastikan residu-nya hanya berupa cairan kuning yang bening.
  • Air residu ditambah dengan n-Heksana sebanyak 20 ml.
  • Larutan yang sudah mengental bisa langsung dianalisis menggunakan metode KLT dengan fase gerak kloroform:etanol:asam asetat glasial (94:5:1) dan fase diam 60 F254 untuk menghasilkan 3 senyawa berbeda.
  • Menyiapkan kertas putih sebagai tempat resapan zat dan menandainya ukurannya dengan pena.
  • Sampel ditotolkan di bagian atas plat dengan pipa kapiler dan pastikan noda yang menempel sudah cukup tebal.
  • Siapkan wadah kosong dan dilapisi kertas saring, kemudian ditutup rapat.
  • Noda pada plat dibiarkan kering, kemudian dimasukkan dalam wadah kosong tadi. Larutan uji dimasukkan  hingga mencapai ketinggian 0,5 cm.
  • Keluarkan plat dan biarkan cairan pelarut mengering dengan sendirinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Tabel 1

1TipisHampir PekatPekatSangat pekat
2Sangat TipisTipisHampir PekatPekat
3Hampir tidak tampakSangat TipisTipisHampir Pekat
 ABCD

*Warna yang dihasilkan coklat hitam kekuningan

*Ket:

  • Bercak 1 menunjukkan senyawa kurkumin (Rf 0,51)
  • Bercak 2 menunjukkan senyawa demetoksi (Rf 0,36)
  • Bercak 3 menunjukkan senyawa  bisdemetoksi (Rf 0,25)
  • Bercak A-D menunjukkan sampel jamu (A. B, C, D)
  • Fase Diam : silika gel 60 F25
  • Fase Gerak : (94:5:1) Kloroform: etanol: asam asetat glasial

Tabel 2

SAMPELKadar Hari 1Kadar Hari 2Kadar Hari 3
A0,040,060,08
B0.080,080,1
C0,120,10,1
D0,080,10,12

B. Pembahasan

Beberapa sampel jamu kunyit asam mendapat perlakuan sama agar diketahui kadar kurkumin yang ada didalamnya. Penelitian dilakukan selama 3 hari agar diketahui konsistensi kadar kurkumin jika dalam durasi waktu yang berbeda.

Pada tabel 1 kolom pertama diisi dengan sifat senyawa (Bercak) yang ada pada jamu setelah mendapatkan perlakuan. Bercak pertama menunjukkan kadar kurkumin, bercak kedua berupa kadar demetoksi dan bercak ketiga berupa bis-demetoksi.

Sedangkan keterangan A,B, C dan D berupa jenis jamu yang diujicobakan. Langkah pertama dalam ekstraksi kurkumin yang dilakukan adalah menuangkan semua jamu di wadahnya masing-masing. Kemudian, ditambahkan alkohol dalam 2 hingga 3 tetes.

Larutan ekstraksi yang sudah siap langsung ditotol pada plat dengan jarak 1 atau 2 cm. Hal ini agar noda yang ada di plat lebih teratur dan tidak meluber. Proses analisis KLT akan menghasilkan angka-angka seperti pada tabel 2.

Sampel A, B, C, D akan dianalisis dalam kurun waktu 3 hari. Pada hari pertama sampel A, didapatkan angka 0,04, hari kedua 0,06, dan hari ketiga 0.08.  Selanjutnya untuk sampel B hingga C, angka yang ditunjukkan dari hari pertama hingga ketiga juga semakin besar.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

  1. Plat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas kromatografi lapis tipis dalam wujud silica gel putih yang sudah berlapis adsorben.
  2. Akurasi pemisahan senyawa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis bergantung pilihan adsorben yang berfungsi sebagai kepolaran larutan, laju fase gerak dan diam, an ukuran kolom jumlah material.
  3. Pengujian selama 3 hari berturut-turut menghasilkan kadar kurkumin yang berbeda, sehingga senyawa ini sifatnya tidak konsisten berdasarkan beberapa faktor.

Daftar Pustaka

Adapun Daftar Rujukan Berbagai sumber diatas, adalah sebagai berikut:

  • Barokati, A., & Salamah, N. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 3(1): 21-30.
  • Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Kromatografi dan Elektroflorensis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  • Sudarmadji. S. dkk. 2007. Analisis bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Download Laporan Praktikum (PDF)

Anda Dapat Mendownload laporan Praktikum Kromatografi Lapis Tipis ini dalam format PDF dengan mengklik tombol download dibawah ini.

[su_spoiler title=”Download / Unduh” style=”fancy” icon=”chevron-circle”]

Download File
PDF (100 KB)[/su_spoiler]

Leave a Comment