Koloid : Pengertian, Sifat, Jenis, dan Cara Pembuatannya

Koloid – Di dalam ilmu kimia, dikenal ada dua jenis campuran yaitu campuran homogen dan heterogen. Keduanya mempunyai sifat dan jenis yang berbeda-beda dari mulai bahan hingga cara pembuatannya. 

Salah satu jenis campuran heterogen adalah koloid. Kalian dapat memahami campuran jenis ini dalam artikel yang akan dibahas secara detail disini.

Pengertian Koloid

Pengertian koloid secara sederhana adalah campuran jenis heterogen yang terdiri atas 2 atau lebih zat yang ukuran partikelnya 1 sampai 100 nanometer. Partikel ini tersebar atau terdispersi secara merata dalam sebuah medium pada zat lain.

Zat yang dijadikan sebagai medium disebut pendispersi sedangkan zat atau partikel yang tersebar disebut terdispersi. Jika dilihat secara kasat mata atau makroskopis, koloid sama dengan larutan atau campuran homogen. Namun, jika dilihat secara mikroskopis akan terlihat seperti campuran heterogen.

Tidak salah jika banyak yang menyamakan antara koloid, larutan, dan suspensi. Padahal ketiganya mempunyai sifat yang berbeda-beda. Agar lebih jelas mengenai perbedaan larutan, koloid, dan suspensi berikut ini adalah tabel perbedaannya:

KoloidSuspensiLarutan
Dispersi koloidDispersi kasarDispersi molekuler
Terlihat homogen dengan penglihatan makroskopis dan heterogen dengan penglihatan mikroskopisHeterogenHomogen
Ukuran partikelnya 1 sampai 100 nanometerUkuran partikelnya lebih dari 100 nanometerUkuran partikelnya kurang dari 1 nanometer
Terjadi dalam dua faseTerjadi dalam dua faseTerjadi dalam satu fase
Umumnya bersifat stabilTidak stabilSangat stabil
Dapat dilakukan penyaringan dengan menggunakan penyaring ultraDapat dilakukan penyaringanTidak dapat dilakukan penyaringan

Contoh dari sistem koloid yang paling sederhana adalah pencampuran cat dengan air. Warna cat sebenarnya tidak terlarut di dalam air ataupun media lainnya, tapi cat terlihat tercampur sempurna layaknya campuran homogen bukan? Jika dilihat secara mikroskopis campuran ini termasuk heterogen dan masuk golongan koloid.

Baca Juga : Laporan Praktikum Koloid

Sifat-Sifat Koloid

Sifat-sifat koloid berbeda dengan sifat dari zat yang membentuknya, ada banyak sifat spesifik dalam campuran ini, diantaranya yaitu:

  1. Efek Tyndall
  2. Gerak Brown
  3. Muatan Koloid
  4. Adsorpsi
  5. Koagulasi
  6. Koloid Pelindung
  7. Dialisis
  8. Elektroforesis
  9. Koloid Liofil dan Liofob

Itulah dia sifat-sifat koloid yang akan kalian pelajari, jika ingin lebih mengerti detail dari sifat-sifat koloid diatas, berikut ini penjabarannya.

1. Efek Tyndall

Sifat dari koloid yang dapat membedakannya dengan larutan ataupun suspensi adalah efek tyndal. Seperti yang kalian ketahui bahwa larutan yang terkena cahaya maka cahaya tersebut akan diteruskan. Berbeda dengan campuran ini, jika cahaya mengenainya maka yang akan terjadi cahaya akan dihamburkan.

Penghamburan cahaya ini disebut dengan efek tyndal dan hanya bisa terjadi pada sistem koloid saja. Karena sifatnya inilah kalian bisa menentukan apakah cairan tersebut larutan atau bukan dengan cara memberikan cahaya pada cairan tersebut.

Jika cahaya yang diarahkan pada campuran berhamburan maka bisa dipastikan bahwa campuran tersebut bukanlah larutan. Proses penghamburan ini terjadi karena partikel yang ada di dalamnya mempunyai ukuran panjang yang sama dengan gelombang cahaya yaitu 400 sampai 750 nanometer.

Agar lebih paham mengenai efek tyndal ini kalian bisa menontonnya langsung disini.

2. Gerak Brown

Sifat lainnya dari koloid adalah partikel di dalamnya melakukan gerak brown. Yang dimaksud dengan gerak brown adalah gerakan patah-patah atau zig-zag yang dilakukan oleh partikel. Gerakan ini dilakukan oleh partikel-partikel yang tercampur dengan medium pendispersinya.

Gerak brown pada campuran ini bisa terjadi dikarenakan adanya tumbukan antar partikel dengan mediumnya. Tumbukan inilah yang membuat partikel bergerak secara acak dan terbentuk gerakan brown. Untuk mengamati gerak ini kalian harus menggunakan alat khusus.

Koloid melakukan gerakan brown ini agar partikel yang ada didalamnya stabil dan antara partikel yang terdispersi dengan medium pendispersi tidak terpisahkan. Biasanya partikel-partikel dapat terpisahkan karena adanya gaya gravitasi.

3. Muatan Koloid

Sifat muatan yang ada di dalam campuran ini terbagi menjadi dua yaitu bermuatan negatif dan positif. Koloid dengan muatan positif berarti campuran tersebut banyak mengandung ion proton. Sedangkan yang bermuatan negatif banyak mengandung ion elektron.

Sifat dari campuran ini bergantung dari jenis zat yang terdispersi dan medium pendispersinya. Kuat lemahnya muatan di dalamnya juga ditentukan dari jenis zat yang membentuk campuran ini.

4. Adsorpsi

Sifat lainnya dari campuran ini adalah bisa menyerap muatan partikel yang ada di permukaan dari campuran ini. Penyerapan partikel yang terjadi di permukaannya disebut dengan adsorpsi.

Partikel yang ada di dalam campuran ini bisa melakukan adsorpsi ion yang ada di permukaan medium pendispersinya. Karena adanya penyerapan ini maka partikel yang tadinya netral bisa bermuatan listrik.

Adsorpsi yang dilakukan oleh partikel di dalam koloid menentukan sifat muatannya. Semakin banyak mengadsorpsi ion negatif maka muatannya akan bersifat negatif. Begitu juga jika yang diabsorpsi adalah ion positif maka muatannya akan bersifat positif.

Misalnya saja sol Fe(OH)3yang dimasukkan dalam air nantinya akan bermuatan positif karena yang diabsorpsi adalah ion yang positif. Berda dengan sol As2S3yang diletakkan di dalam air akan bermuatan negatif karena ion yang diabsorpsinya adalah ion yang negatif.

5. Koagulasi

Sistem Koloid, Pengertian, Sifat, Jenis dan Contoh Koloid
Koagulasi pada telur

Koagulasi koloid terjadi jika muatan listrik yang ada di dalamnya hilang sehingga membentuk gumpalan karena sistem yang ada di dalamnya tidak stabil. Proses penggumpalan partikel inilah yang disebut dengan koagulasi.

Gumpalan-gumpalan ini lama semakin lama akan membesar dan akan menjadi endapan karena pengaruh dari gravitasi bumi. Koagulasi ini bisa terjadi karena 4 sebab, yaitu:

  1. Karena adanya elektroforesis yang membuat partikel ion negatif menggumpal karena ion positif. Hal ini bisa saja terjadi jika campuran ini dialiri listrik dalam waktu yang lama dengan aliran listrik yang besar.
  2. Penyebab yang kedua adalah gerakan mekanik seperti mengaduk, mendinginkan, dan memanaskan.
  3. Penambahan jenis koloid lain yang mempunyai muatan berlawanan juga bisa menyebabkan koagulasi. Hal ini terjadi karena muatan positif dan negatif didalamnya mengalami tarik menarik serta saling mengadsorpsi. Karena hal inilah koagulasi bisa terjadi.
  4. Menambahkan elektrolit ke dalam campuran ini juga bisa menyebabkan koagulasi. Hal ini terjadi karena antara ion positif elektrolit akan tarik menarik dengan ion positif di dalam campuran. 

Jarak partikel yang cukup dekat akan membuatnya menjadi bermuatan netral. Penambahan elektrolit ini sangat efektif untuk melakukan koagulasi pada campuran.

6. Koloid Pelindung

Sifat yang selanjutnya adalah koloid pelindung yang mempunyai fungsi agar tidak terjadi proses koagulasi. Proses koagulasi ini tidak akan terjadi jika campuran jenis ini mempunyai pelindung. Dengan kata lain partikel yang ada di dalamnya dilindungi sehingga proses koagulasi tidak akan bisa terjadi.

Fungsi dari koloid pelindung ini adalah membuat campuran stabil dengan cara membungkus partikel-partikelnya. Pembungkusan partikel ini mencegah antar partikel bergabung dan membentuk gumpalan atau koagulasi.

7. Dialisis

Tidak semua koloid sudah terpisah dengan ion yang mengotorinya. Untuk menghilangkan ion pengotor ini kalian perlu melakukan dialisis. Jadi dialisis adalah proses untuk memisahkan ion pengotor yang ada di dalam campuran jenis ini.

Untuk melakukan dialisis kalian harus mengalirkan cairan dari membran semipermeabel. Membran ini mempunyai fungsi untuk menyaring ion pengotor yang ada di dalam campuran ini. Dengan cara ini maka campuran yang dihasilkan bisa bersih tanpa ion pengotor di dalamnya.

8. Elektroforesis

Sifat elektroforesis adalah sifat dimana partikel yang ada di dalam koloid mampu untuk bergerak di medan listrik. Sifat ini menandakan bahwa partikel yang ada didalamnya mengandung muatan listrik.

Pengertian dari elektroforesis sendiri adalah pergerakan yang dilakukan partikel di dalam medan listrik. Arah dari pergerakan ini selalu berlawanan dengan muatan yang ada di dalam campuran.

Jika muatannya positif maka partikel akan bergerak menuju elektrode yang negatif. Sebaliknya jika muatannya negatif maka partikel akan bergerak menuju elektrode yang positif. Karena arah pergerakannya ini, elektroforesis ini bisa digunakan untuk menentukan jenis muatan yang ada di dalam partikel.

Dengan elektroforesis kalian juga bisa melakukan pemisahan antara partikel yang positif dan negatif. Pemisahan ini dilakukan dengan dasar muatan dan ukuran partikel yang ada didalamnya.

9. Koloid Liofil dan Liofob

Liofob merupakan sifat dari koloid yang tidak mampu untuk mengadsorpsi cairan yang bermuatan netral atau bersifat netral. Sedangkan liofil adalah kemampuan untuk melakukan adsorpsi pada cairan sehingga terbentuklah selubung yang ada disekitarnya.

Salah satu contoh dari liofil adalah agar-agar, jika diperhatikan agar-agar mempunyai selubung bukan? Selubung ini terbentuk karena adanya sifat liofil didalamnya. Liofob dan liofil ini bisa terjadi pada semua jenis koloid sehingga membuatnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Jenis-Jenis Koloid

Jenis koloid dibedakan berdasarkan medium pendispersinya dan fase terdispersinya. Berdasarkan hal ini jenis dari campuran ini dibedakan menjadi 5 yaitu:

  1. Aerosol
  2. Buih
  3. Sol
  4. Gel
  5. Emulsi

untuk melihat apa perbedaan atau maksud dari masing-masing jenis koloid diatas, silahkan simak penjelasan dibawah ini:

1. Aerosol

Kalian pasti sudah tidak asing bukan dengan aerosol yang biasanya berbentuk cairan dan jika disemprotkan menjadi gas. Aerosol terbuat dari terdispersi cair atau padat dan medium untuk pendispersinya berupa gas.

Jenis aerosol yang terbuat dari terdispersi cair disebut dengan aerosol cair. Sedangkan jika terdispersinya adalah padat maka disebut dengan aerosol padat. Contoh aerosol cair sangat banyak diantaranya yaitu parfum, obat nyamuk jenis semprot, dan airbrush atau cat semprot.

Aerosol padat bisa kalian temukan di sekitar kalian, salah satu contohnya adalah debu yang ada di udara. Asa juga termasuk salah satu dari contoh aerosol padat.

2. Buih

Pada umumnya buih terbuat dari fase terdispersi berupa gas dengan medium untuk pendispersinya adalah zat cair. Namun buih juga bisa didispersikan dengan medium zat padat yang disebut dengan buih padat.

Contoh buih yang mediumnya zat cair sangat banyak seperti sabun dan detergen. Sedangkan contoh buih padat yaitu batu apung dan karet busa.

3. Sol

Sol menggunakan fase terdispersi zat padat dengan medium pendispersi berupa cairan dan juga padat. Jika medium yang digunakan pada pendispersi adalah zat padat maka disebut dengan zat padat. Contoh dari sol padat ini diantaranya yaitu intan hitam dan gelas berwarna.

Ada juga sol cair yang medium pendispersinya merupakan zat cair sehingga bentuknya juga cair. Contoh dari sol cair yaitu pasta gigi, tinta cat, dan sol emas. 

4. Gel

Campuran antara zat padat dan zat cair bisa menjadi gel yang merupakan benda setengah cair dan setengah padat. Gel terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat yang bisa melakukan absorbsi medium pendispersi.

Ada banyak contoh gel yang bisa kalian temukan di sekitar lingkungan, seperti lem kanji, gelatin, selai, agar-agar, silika, dan berbagai bahan lainnya. Gel ini ada yang bersifat elastis dan tidak elastis tergantung dari partikel yang menyusunnya.

5. Emulsi

Emulsi terbentuk dari fase terdispersi cair dengan medium pendispersi juga berupa zat cair. Jika dilihat emulsi ini memang hampir sama dengan larutan, namun dalam emulsi zat yang dicampurkan tidak saling melarutkan. Hal ini dikarenakan adanya zat pengemulsi yang tidak bisa dilarutkan.

Contoh dari emulsi ini sangat banyak, diantaranya yaitu kuning telur, kasen yang ada di dalam susu, mayones, dan santan. Mungkin kalian mengira bahwa zat-zat ini merupakan larutan bukan?

Cara Pembuatan Koloid

Untuk membuat koloid bisa dilakukan dengan menggunakan dua cara kimia yaitu cara kondensasi dan dispersi. Keduanya mempunyai teknik yang berbeda-beda dalam proses pembuatannya.

  1. Cara Kondensasi
  2. Cara Dispersi

Hanya ada 2 cara pembuatan koloid, dibawah ini merupakan penjelasan lebih dalam mengenai cara pembuatan koloid.

1. Cara Kondensasi

Pada cara ini pembuatan dilakukan dengan cara menggabungkan partikel kecil atau partikel larutan dengan partikel yang lebih besar. Secara sederhana pembuatan ini menggabungkan koloid yang sudah ada dengan partikel kecil yang lainnya.

Cara kondensasi bisa dilakukan dengan berbagai reaksi diantaranya yaitu hidrolisis, redoks, dekomposisi rangkap, dan penggantian pelarut. Contoh penggantian pelarut adalah kalsium asetat yang dicampurkan dengan alkohol nantinya akan terbentuk gel.

Untuk dekomposisi rangkap bisa terjadi pada pembuatan dari sol AgCl yang menghasilkan reaksi kimia FeCl3(aq) + 3H2O(l)AgCl (koloid) +HNO3(aq).

Reaksi redoks dalam pembuatan campuran ini terjadi pada sol belerang dengan reaksi kimia 2H2S(g) + SO2(aq)3S (koloid) +2H2O(l).

Sedangkan hidrolisis terjadi pada pembuatan sol Fe(OH)3yang ditambahkan pada FeCl3dalam air yang mendidih. Reaksi kimia yang terjadi pada pembuatan ini adalah FeCl3(aq) + 3H2O(l)Fe(OH)3 (koloid) +3HCl(aq).

2. Cara Dispersi

Cara pembuatan ini terbalik dengan kondensasi, cara dispersi adalah memecahkan partikel yang besar atau suspensi menjadi partikel kecil atau koloid. Untuk melakukan pemecahan ini bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu cara peptisasi, busur bredig, dan mekanik.

Cara peptisasi adalah memecahkan partikel dengan cara menggunakan zat pemecah atau pemeptisasi. Misalnya saja endapan Al(OH)3dapat dipeptisasi dengan menggunakan AlCl3.Contoh lainnya adalah agar-agar bisa dipeptisasi dengan menggunakan air dan NiS bisa dipeptisasi dengan H2S.

Jika kalian ingin membuat sol logam seperti Ag, Pt, dan Au bisa dilakukan dengan menggunakan busur bridge. Cara busur bridge adalah membuat koloid dari logam yang dicelupkan ke dalam pendispersi kemudian dialiri loncatan listrik.

Berbeda dengan cara mekanik, cara ini merupakan cara yang paling sederhana dan mudah. Cara mekanik adalah membuat butiran yang kasar menjadi halus dengan menggilingnya secara manual. Gilingan ini kemudian dicampurkan dengan pendispersi.

Salah satu contoh mekanik adalah membuat sel belerang yang dicampur dengan gula pasir. Belerang harus dihancurkan kemudian dicampurkan dengan gula pasir kemudian dicampurkan dengan air.

Koloid bukan termasuk campuran homogen tapi termasuk dalam campuran heterogen yang terlihat homogen. 

Ada banyak sifat dan jenis dari campuran ini yang harus kalian ketahui. Selain itu, kalian juga harus memahami terkait hal yang membedakan antara campuran ini dengan larutan dan suspensi.

Kesimpulan

Bagaimana? sudah sedikit mengerti tentang koloid bukan? materi koloid memang masih asik dibicarakan dan dibahas disekolah karna materi ini akan terus berkebang sesuai kebutuhan zaman.

Dengan ini maka pembelajaran kita sudah selesai mengenai materi koloid. berikut merupakan kesimpulan pembelajaran kita yang disusun dengan menggunakan kalimat tanya jawab.

Daftar Pustaka

  1. www.quipper.com/id/blog/ mapel/kimia/materi -koloid-kimia-kelas-11/
  2. medium.com/@indotesis/ pengertian-sifat-dan-jenis -jenis-koloid-84ec6f632eaa
  3. www.kelaspintar.id/blog/tips- pintar/apa-yang-dimaksud- dengan-sistem-koloid-3322/
  4. www.akacn.ac.id/artikel/ mengenal-lebih-dekat-kimia-koloid
  5. www.kelaspintar.id/blog/ tips-pintar/mengenal-dua-cara- pembuatan-koloid-3825/
  6. www.studiobelajar.com/koloid/

Leave a Comment