Laporan Praktikum Kenaikan Titik Didih

Laporan Praktikum Kenaikan Titik Didih berikut ini merupakan laporan yang admin susun dari berbagai sumber dan referensi, semoga laporan ini dapat membantu pembaca semuanya.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

[su_box title=”Adapun tujuan praktikum Kenaikan Titik Didih ini yakni” box_color=”#ee3275″]

Dapat Menentukan nilai kenaikan titik didih yang dimiliki oleh larutan dan menjelaskan faktor yang dapat  mempengaruhi kenaikan titik didih.

[/su_box]

1.2 Latar Belakang

Ketika temperatur dari tekanan uap zat cair sama besarnya dengan temperatur dari tekanan udara luar, itulah yang disebut titik didih. Peristiwa paling sederhana yang menunjukkan proses kenaikan titik didih adalah saat merebus air.

Secara singkat, partikel air yang berpisah akan berubah menjadi uap air selama dipanaskan. Proses tersebut akan mengalami puncak saat mencapai titik didih normal yakni 1 atm atau 760 mmHg. Air akan berada pada temperatur 1000 C ketika paralel dengan tekanan rata-rata udara luar tersebut.

1000 C merupakan angka Tb (boiling point) atau Td (titik didih) murni dari air. Artinya, air tidak mendapat pengaruh apapun selama proses pendidihan. Apabila air ditambahkan dengan suatu zat terlarut, maka temperatur yang dibutuhkan bisa jadi lebih tinggi lagi.

Dari percampuran tersebut, akan didapat selisih antara titik didih murni zat cair atau larutan dan titik didih pelarut. Selisih itulah yang disebut dengan kenaikan titik didih larutan.

Selain itu, konsentrasi larutan juga perlu diperhitungkan dalam proses kenaikan titik didih. Oleh sebab itu, uji coba akan faktor yang berdampak pada kenaikan titik didih sangat diperlukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kenaikan Titik Didih Larutan

Definisi titik didih merujuk pada suhu yang dicapai oleh suatu larutan sehingga mengalami pendidihan. Syarat utama untuk mendidih adalah temperatur larutan tersebut memiliki nilai yang sama dengan temperatur atmosfer.

Temperatur atmosfer yang standar sebesar 76 mmHg atau 760 mmHg. Apabila dikonversi ke satuan celcius maka menjadi 250 C. Standar tersebut diberlakukan oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) yakni badan yang membawahi penamaan senyawa kimia.

Dengan kata lain, semua zat cair akan mencapai titik didih saat tekanannya seimbang dengan tekanan rata-rata dari udara di luar. Contoh yang paling mudah diamati adalah air. Saat menjerang air, tanda fisik bahwa air sudah mendidih adalah muncul gelembung air dan uap.

Hal tersebut menunjukkan bahwa air sudah memiliki temperatur yang menyamai temperatur atmosfer. Nilai titik didih air adalah 1000 C sedangkan titik bekunya 00 C. Angka 1000 C sama besarnya dengan 250 C atau 760 mmHg yang merupakan titik didih normal.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Brady (1999) bahwa 1 atm atau yang setara dengan 760 mmHg dianggap sebagai titik didih normal dari suatu larutan. Besaran titik didih normal tersebut tidak berubah sehingga suhu yang dibutuhkan air untuk mendidih pun selalu sama.

Apabila nyala api dibesarkan, hal tersebut hanya akan mempengaruhi kecepatan pendidihan saja. Dengan kata lain, waktu untuk air matang akan lebih cepat tapi temperatur didihnya masih 1000 C. Lalu, bisakah temperatur tersebut naik?

Temperatur bisa berubah apabila suatu larutan dimasuki oleh zat terlarut. Terdapat dua jenis zat terlarut yakni volatil (mudah menguap) dan non volatil (susah menguap). Zat terlarut non volatil itulah yang menyebabkan kenaikan titik didih.

Kenaikan titik didih menurut Rosenberg (1992) adalah nilai selisih titik didih larutan dengan nilai titik didih zat pelarut. Larutan yang ditambahkan dengan zat terlarut cenderung membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk bisa menyamai suhu udara luar.

Seperti halnya yang ditekankan oleh Petrucci (1999) bahwa zat cair yang bercampur dengan zat non volatile akan membutuhkan temperatur yang lebih tinggi karena tekanan uap suatu larutan mengalami penurunan.

2.2 Hukum Roult dan Rumus Titik Didih

Pembahasan mengenai titik didih tidak terlepas dari Hukum Roult. Pernyataan dari Hukum Roult adalah kenaikan titik didih akan memiliki nilai yang semakin besar jikalau konsentrasi zat terlarut semakin tinggi.

Dengan kata lain, nilai titik didih larutan akan melampaui nilai titik didih murninya. Hukum tersebut juga berlaku pada titik beku suatu larutan. Berikut persamaan yang diperoleh dari pernyataan tersebut:

[su_box title=”Rumus Perubahan Titik didih” box_color=”#f9e13b” title_color=”#000000″]

∆Tb = Kb . m 

Keterangan simbol:
∆Tb merujuk pada kenaikan titik didih zat cair
Kb merujuk pada nilai kenaikan titik didih untuk 1 mol dalam 1000 g zat pelarut
m merujuk pada molal atau konsentrasi larutan

[/su_box]

Selanjutnya, persamaan berikut menunjukkan selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut:

∆Tb = Tb – Tb0

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai Kb memiliki pengaruh paling besar bagi naiknya titik didih suatu larutan. Sebab, konsentrasi dari partikel yang terlarut lah yang memaksa suatu larutan harus menaikkan titik didih.

Terkadang suatu zat terlarut juga memiliki sifat elektrolit. Dalam Hukum Roult, persamaannya digambarkan sebagai berikut.

[su_box title=”Hukum Roult” box_color=”#f9e13b” title_color=”#000000″]

∆Tb = Kb . m [1 + (n – 1) α] 

Keterangan simbol:
n merujuk pada jumlah ion dalam zat cair
α merujuk pada derajat ionisasi

[/su_box]

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kenaikan titik didih ini kami lakukan pada:

Hari :
Tempat :

3.2 Alat dan Bahan

Alat

  • Termometer
  • Gelas Kimia (3 buah)
  • Pembakar Spiritus
  • Kasa
  • Kaki Tiga
  • Neraca Digital
  • Gelas Ukur
  • Stopwatch
  • Korek Api
  • Spatula

Bahan

  • Air
  • Gula Pasir
  • NaCl

3.3 Prosedur Kerja

Berikut ini langkah kerja dari praktikum kenaikan titik didih yang kami lakukan:

[su_box title=”Prosedur praktikum kenaikan titik didih” box_color=”#ee3275″]

  1. Menuangkan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas kimia kemudian menaruh di atas pembakar spiritus yang sudah dinyalakan;
  2. Mengukur suhu larutan menggunakan termometer
  3. Memanaskan larutan hingga suhu terpantau konstan;
  4. Mencampurkan larutan air 50 ml dengan NaCl sebanyak 1 gram kemudian memanaskannya di atas pemanas
  5. Mencatat kenaikan suhu yang ditunjukkan oleh termometer setiap 2 menit sekali;
  6. Setelah itu, mencampurkan kembali air sebanyak 50 ml dengan gula pasir sebanyak 0,5 gram
  7. Membuat larutan gula lagi dengan takaran 50 ml air dan 1,5 gram gula pasir;
  8. Membuat larutan gula dengan takaran 50 ml air dan 1 gram gula pasir;
  9. Memanaskan campuran larutan di atas pembakar spiritus;
  10. Mengukur suhu larutan menggunakan termometer dengan jarak setiap 2 menit;
  11. Mengulangi pemanasan larutan dengan mencampurkan NaCl 1 gram dengan air 50 ml;
  12. Mengukur kenaikan suhu dari larutan;
  13. Membandingkan kenaikan suhu yang tercatat.

[/su_box]

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan, dapat diperoleh data yang dituangkan dalam dua tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Pencatatan Kenaikan Suhu Larutan NaCl + Air

Waktu (menit)

Suhu dalam 0Celcius

Air 50 ml

Larutan NaCl 1 gram + Air 50 ml

0

30

31

2

43

50

4

62

74

6

79

90

8

89

95

10

94

96

12

94

96

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa titik didih air 50 ml tanpa penambahan apapun berada pada angka 940 C. Sedangkan ketika ditambahkan dengan NaCl, titik didihnya mengalami kenaikan menjadi 960 C.

Tabel Hasil Pencatatan Kenaikan Suhu Larutan Gula + Air

Waktu (menit)

Suhu dalam 0Celcius

Air 50 ml + Gula 0,5 gram

Air 50 ml + Gula 1 gram

Air 50 ml + Gula 1,5 gram

0

30

31

33

2

52

51

55

4

73

78

79

6

87

88

89

8

93

94

95

10

93

95

96

12

93

95

96

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa titik didih mengalami perbedaan tergantung dari besaran campuran gula. Nilai titik didih untuk campuran air 50 ml dan gula pasir 0,5 gram adalah 930 C.

Selanjutnya, titik didih menyentuh angka 950 C saat gula pasir ditambah menjadi 1 gram. Kemudian, penambahan gula pasir kembali dilakukan sebanyak 1,5 gram dan titik didihnya menjadi 960 C.

4.2 Pembahasan

Pada percobaan pemanasan larutan NaCl yang ditambahkan ke air menunjukkan adanya perbedaan pada titik didih. Pemanasan pada air tanpa campuran zat terlarut menunjukkan suhu 940 C. Suhu tersebut didapat pada menit ke-12 setelah dinyatakan nilainya konstan.

Sedangkan pada menit yang sama, larutan NaCl + air menunjukkan titik didih yang berbeda yaitu 960 C. Adanya kenaikan titik didih tersebut membuktikan bahwa NaCl sebagai zat terlarut memiliki pengaruh dalam perubahan suhu yang dibutuhkan air untuk mendidih.

Selanjutnya, pada percobaan kedua dilarutkan air dan gula pasir. Uji coba tersebut dilakukan selama tiga kali dengan kadar gula yang bervariasi yakni 0,5 gram, 1 gram dan 1,5 gram. Data dari pengamatan termometer menunjukkan adanya perbedaan untuk tiap titik didih.

Titik didih untuk campuran air 50 ml dengan 0,5 gram gula menunjuk pada angka 930 C. Kenaikan titik didih terjadi pada setiap penambahan kadar gula pasir. Pada kadar 1 gram, titik didihnya menjadi 950 C sedangkan pada kadar 1,5 gram titik didihnya sebesar 960 C.

Semakin banyak gula pasir yang ditambahkan, semakin tinggi temperatur yang dicapai. Dengan kata lain, kembali terbukti bahwa zat terlarut memiliki andil besar dalam kenaikan titik didih suatu larutan.

Perbedaan kadar gula pasir juga membuktikan ada faktor lain yang mempengaruhi kenaikan titik didih. Faktor tersebut adalah konsentrasi dari larutan. Semakin besar konsentrasi yang dimiliki oleh gula, maka berdampak pada tingginya titik didih larutan. 

Kemudian, beralih ke perbandingan antara titik didih NaCl dengan gula pasir. Berdasarkan pengamatan, didapat bahwa campuran air 50 ml dengan NaCl 1 gram menunjuk pada suhu 960 C. Sedangkan saat dicampur dengan gula pasir 1 gram, suhunya sebesar 950 C.

Perbedaan titik didih tersebut membuktikan bahwa kenaikan titik didih juga dipengaruhi oleh kandungan elektrolit pada larutan. NaCl tentu bersifat elektrolit sehingga titik didihnya lebih tinggi dibandingkan gula.

Dengan demikian, telah diperoleh beberapa faktor yang berpengaruh pada naiknya titik didih. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan temperatur yang terukur oleh termometer.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Berikut beberapa poin yang disimpulkan berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan:

  1. Pelarut atau zat cair yang dicampurkan dengan suatu zat terlarut, maka larutan tersebut akan mengalami kenaikan titik didih;
  2. Faktor yang mempengaruhi kenaikan titik didih antara lain jenis dan konsentrasi zat terlarut. Adapun jenis yang dimaksud adalah zat volatile ataupun non volatile dan zat elektrolit ataupun non elektrolit;
  3. Zat terlarut yang bersifat volatile atau susah menguap akan memberikan pengaruh pada naiknya titik didih dibanding zat yang bersifat non volatile;
  4. Zat terlarut yang bersifat elektrolit berdampak pada kenaikan titik didih suatu larutan sedangkan zat non elektrolit tidak;
  5. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka kenaikan titik didih pun semakin tinggi.

Daftar Pustaka

Adapun Daftar Rujukan Berbagai sumber diatas, adalah sebagai berikut:

  • Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara.
  • Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
  • Rosenberg, JI. 1992. Teori dan Soal Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Download Laporan Praktikum (PDF)

Anda Dapat Mendownload Laporan Praktikum Kenaikan Titik Didih ini dalam format PDF dengan mengklik tombol download dibawah ini.

[su_spoiler title=”Download / Unduh” style=”fancy” icon=”chevron-circle”]

Download File

PDF (101KB)[/su_spoiler]

Leave a Comment