Laporan Praktikum Argentometri

Laporan Praktikum Argentometri berikut ini merupakan laporan yang admin susun dari berbagai sumber dan referensi, semoga laporan ini dapat membantu pembaca semuanya.

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan

Adapun tujuan dalam Praktikum Argentometri ini yakni:

  • Mengidentifikasi kadar klorida yang sukar larut menggunakan titrasi argentometri.

Latar Belakang

Titrasi argentometri disebut juga dengan titrasi pengendapan. Tujuan utama dari proses titrasi tersebut adalah menghasilkan endapan yang merupakan zat sukar larut.

Prosedur yang dilakukan cukup mudah yakni penambahan larutan standar atau titran secara kontinyu hingga mencapai titik ekuivalen antara titrat dan titran. Metode argentometri menggunakan jenis larutan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator.

Dengan melalui proses titrasi, suatu larutan tidak lagi mengandung zat pengotor karena sudah diendapkan. Selain itu, kadar dari zat tersebut juga dapat teridentifikasi.

Terdapat banyak manfaat dari titrasi argentometri. Beberapa di antaranya yaitu menentukan kadar keasinan dalam air, meracik obat berbahan alami agar bertahan lebih lama dan meracik jenis obat yang baru.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui bagaimana prosedur titrasi argentometri. Dalam praktikum ini, digunakan metode Mohr untuk menentukan titik akhir dari proses titrasi. Dua metode lain yang juga dapat dipakai yaitu metode Fajans dan metode Volhard.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis Volumetrik

Volumetrik didefinisikan sebagai metode yang berpatokan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan agar reaksi dapat terjadi antara larutan tersebut dengan senyawa tertentu (Roth & Blaschke, 1996).

Kelebihan dari metode volumetrik adalah membutuhkan peralatan yang sederhana, waktu yang cepat dan menghasilkan data yang cukup akurat. Kunci dari analisis volumetrik ada pada titran atau larutan baku.

Nantinya, titran tersebut akan direaksikan dengan zat tertentu yang sudah dilarutkan terlebih dahulu. Dalam analisis volumetrik, titran akan terus diteteskan hingga jumlahnya sama dengan larutan yang dianalisis. Adapun titrasi merupakan salah satu dari analisis volumetrik.

B. Konsep Dasar dan Penggolongan Titrasi

Pengertian dari titrasi adalah proses penambahan suatu larutan ke dalam suatu larutan lain untuk mengidentifikasi zat yang tidak dikenal (Underwood, 1999). Dalam titrasi, terdapat  5 istilah khas yang wajib diketahui yakni:

  1. Titran merupakan larutan standar yang sudah diketahui kadarnya dan dipakai untuk menentukan kadar zat yang tidak dikenal;
  2. Titrat merujuk pada suatu zat yang belum dikenal dan akan diketahui kadarnya dengan menggunakan titran;
  3. Indikator adalah larutan yang ditambahkan dalam titrasi dan berfungsi sebagai penanda kapan titrasi harus dihentikan prosesnya;
  4. Titik ekuivalen merupakan kondisi yang ditunjukkan oleh kesamaan mol sampel larutan yang bereaksi dengan mol larutan standar atau titrat;
  5. Titik akhir titrasi merujuk pada suatu kondisi yang mengharuskan penghentian proses titrasi. Penandanya adalah larutan sudah berubah warna. Apabila proses tetap dilanjutkan maka berdampak pada ketidakakuratan hasil.

Lalu, bagaimana dengan penggolongan titrasi? Terdapat 4 kategori antara lain: a) titrasi asidialkalimetri; b) titrasi persipitasi; c) titrasi kompleksometri; dan d) titrasi redoks.

Kategori yang akan dibahas lebih detail adalah titrasi persipitasi. Alasannya, praktikum ini menggunakan salah satu metode dalam kategori tersebut yakni argentometri.

C. Apa Itu Titrasi Persipitasi dan Argentometri?

Metode argentometri masuk dalam kategori titrasi persipitasi atau titrasi pengendapan. Definisi titrasi tersebut adalah suatu metode yang mengandalkan terbentuknya endapan dari zat yang sukar larut.

Dapat dikatakan bahwa argentometri adalah titrasi yang melibatkan percampuran antara titran dan titrat yang pada akhirnya membentuk endapan dari garam (Mulyono, 2005). Inti dari argentometri adalah terbentuknya sebuah endapan yang berasal dari zat yang tidak larut dalam cairan pelarut.

Salah satu contoh percampuran larutan dalam titrasi argentometri yaitu NaCl + AgNO3 (Kisman, 1988). NaCl berperan sebagai titrat sedangkan AgNO3 atau perak nitrat berperan sebagai titran. Gambaran reaksi kimia dari proses titrasi tersebut yaitu:

AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3

Dalam reaksi tersebut, ion Ag+ yang dimiliki oleh larutan standar (titrat) akan bereaksi dengan ion Cl yang berasal dari larutan titrat. Dengan begitu, AgCl akan mengendap karena termausk zat yang sukar untuk larut (Kisman, 1988).

D. Metode Penentuan Titik Akhir Titrasi

1. Metode Mohr

Pengertian metode Mohr adalah suatu metode yang mendasarkan akhir titrasi pada endapan yang terbentuk bersama ion Ag+. Dengan begitu, endapan akan memiliki warna tertentu.

2. Metode Fajans

Berbeda dari metode Mohr, indikator yang digunakan dalam metode Fajans adalah senyawa organik. Titik akhir dari proses titrasi ditentukan saat endapan yang terbentuk akhirnya menyerap senyawa organik (Underwood, 1999).

3. Metode Volhard

Penentuan titik akhir titrasi dalam metode Volhard berpatokan pada endapan perak tiosianat yang terbentuk dalam larutan asam nitrat. Ion besi digunakan dalam metode tersebut untuk mendeteksi kelebihan ion tiosanat dalam larutan.

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum argentometri ini kami lakukan pada:

Hari: Kami / 05 November 2020

Tempat: Laboratorium Kimia

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Argentometri antara lain:

[su_box title=”Alat + Bahan” style=”bubbles” box_color=”#3c00cb” title_color=”#ffffff”]

Alat

  • Tabung erlenmeyer berukuran 100 ml dan 250 ml
  • Buret 50 ml
  • Gelas kimia berukuran 100 ml dan 250 ml
  • Pipet volume 25 ml dan 100 ml
  • Pipet tetes
  • Pipet ukur 5 ml
  • Botol semprot
  • Gelas beker
  • Corong
  • Labu ukur 500 ml
  • Statif
  • Klem
  • Kaca arloji

Bahan

  • Aquades
  • Larutan AgNO3 0,1 M
  • Larutan NaCl 0,1 M
  • Sampel air ledeng
  • Sampel garam
  • Indikator K2CrO4 0,1 M sebanyak 5%[/su_box]

C. Prosedur Kerja

Urutan kerja yang kami lakukan selama praktikum argentometri dibagi menjadi tiga tahap. Pertama adalah pembuatan larutan dan titrasi AgNO3 + NaCl, pembuatan larutan AgNO3 murni/baku dan penentuan kadar NaCl.

1. Prosedur Pembuatan Larutan AgNO3 0,1 M Baku

  1. Mengambil larutan AgNO3 dengan takaran 11 sampai 12 gram;
  2. Memanaskan larutan di dalam oven selama 1 jam dalam suhu antara 100 hingga 1100 C;
  3. Mendinginkan larutan AgNO3 dengan menuangkannya ke dalam eksikator;
  4. Mengambil larutan AgNO3 sebanyak 8,5 gram kemudian menimbang untuk mendapatkan takaran yang tepat;
  5. Menuangkan larutan ke dalam gelas beker dan mencampurkannya dengan air suling sebanyak 50 ml;
  6. Mengaduk campuran AgNO3 dan air suling hingga merata kemudian memindahkan campuran larutan tersebut ke dalam labu ukur 500 ml;
  7. Menambahkan air suling hingga batas atas labu ukur;
  8. Memberikan label pada labu ukur untuk menandai isi larutan.

2. Prosedur Penentuan Kadar Larutan NaCl

  1. Mengambil larutan sebanyak 25 ml dengan ditimbang terlebih dahulu agar akurat;
  2. Mencampurkan NaCl dengan air suling sebanyak 10 ml di dalam tabung erlenmeyer;
  3. Menuangkan larutan AgNO3 0,1 M baku dan indikator K2CrO4 5% sebanyak 3 tetes ke dalam tabung erlenmeyer;
  4. Mengaduk campuran larutan terus menerus hingga muncul endapan yang berwarna kemerahan.

3. Prosedur Pembuatan dan Titrasi Larutan AgNO3 + NaCl

  1. Mengambil larutan AgNO3 sebanyak 4 gram menggunakan gelas arloji;
  2. Memanaskan larutan AgNO3 di dalam oven selama 2 jam pada suhu antara 105 hingga 1100 C;
  3. Menuangkan larutan ke dalam eksikator hingga suhu yang dimiliki sama dengan suhu luar;
  4. Mengambil larutan AgNO3 dengan takaran 2,92 gram;
  5. Menuangkan larutan ke dalam labu ukur dan menambahkan air suling sebanyak 500 ml;
  6. Mengaduk campuran larutan AgNO3 dengan air suling sampai homogen;
  7. Mengambil campuran larutan tersebut sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet;
  8. Memasukkan larutan ke dalam tabung erlenmeyer dan mencampurkannya dengan larutan K2CrO4 5%;
  9. Menuangkan larutan AgNO3 0,1 M baku ke dalam buret;
  10. Melakukan titrasi terhadap campuran larutan yang tadi dituangkan ke dalam tabung erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan meneteskan larutan NaCl;
  11. Mengocok campuran larutan dalam tabung erlenmeyer;
  12. Mengulang titrasi sebanyak 3 kali sampai campuran larutan berubah warna.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Praktikum argentometri menghasilkan data yang tertuang dalam tabel berikut ini:

Volume NaClVolume AgNO3
25 ml22,5 ml
25 ml22,5 ml
25 ml21,7 ml
Rata-rata22,24 ml

Dengan begitu, didapat rata-rata dari pembakuan larutan AgNO3 sebanyak 22,24 ml.

Selanjutnya, titrasi blanko dilakukan dengan menambahkan 0,05 ml AgNO3 ke 25 ml aquades. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh konsentrasi dari AgNO3 sebesar 0,112 N.

Berikut tabel yang berisi data kadar zat Cl yang ada di dalam sampel garam:

Volume GaramVolume AgNO3
50 ml30,10 ml
50 ml29,90 ml
50 ml31,00 ml
Rata-rata30,34 ml

Berdasarkan data dan penghitungan yang dilakukan, maka diperoleh kadar Cl dalam garam sebanyak 48,25%.

Berikut tabel yang berisi data kadar zat Cl yang ada di dalam sampel air suling:

Volume Air SulingVolume AgNO3
100 ml0,80 ml
100 ml0,70 ml
100 ml0,65 ml
Rata-rata0,717 ml

Berdasarkan hasil pengamatan dan penghitungan yang dilakukan, maka diketahui bahwa kadar Cl dalam air suling sebesar 1,137%.

B. Pembahasan

Terdapat dua poin penting yang menjadi pembahasan dalam praktikum argentometri ini. Berikut penjelasan lebih detailnya:

1. Penentuan Besaran Konsentrasi Larutan AgNO3 0,1 M

Praktikum ini menganut pada teori yang dikemukakan oleh Mohr. Konsep dasar dari teori tersebut adalah proses titrasi dikatakan berakhir saat larutan AgNO3 memunculkan warna merah bata.

Larutan AgNO3 memang berperan sebagai titran. Agar memastikan tidak ada komponen lain di dalam larutan tersebut, maka prosedur awal harus dilakukan. Dengan begitu, konsentrasi AgNO3 yang diperoleh merupakan angka yang murni.

Prosedur tersebut dilakukan dengan melakukan titrasi pembakuan larutan AgNO3 dan titrasi blanko. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4. Kemudian, hasil dari titrasi pembakuan dikurangi dengan hasil dari titrasi blanko.

Titrasi blanko diperlukan dalam prosedur ini sebab dapat meminimalisir kesalahan saat titrasi dilakukan. Larutan yang ditambahkan saat proses titrasi blanko yaitu CaCO3. Tujuan penambahan tersebut adalah sebagai penetralisir.

Proses titrasi yang menggunakan zat K2CrO4, menghasilkan endapan yang warnanya merah bata (Ag2CrO4). Hal tersebut terjadi karena K2CrO4 yang bereaksi dengan AgNO3 dapat memicu pembentukan warna yang spesifik.

Setelah titrasi dilakukan, maka didapat konsentrasi murni dari AgNO3 atau perak nitrat sebesar 0,112 N.

2. Penentuan Kadar Zat Cl yang Ada di Garam dan Air Suling

Zat Cl atau klorida dapat diidentifikasi melalui titrasi argentometri. Dalam praktikum ini, larutan yang digunakan adalah air suling atau air ledeng dan garam.

Garam terlebih dahulu dilarutkan dalam aquades kemudian diuji dengan penambahan indikator K2CrO4. Sesuai dengan teori Mohr, penanda berakhirnya titrasi adalah saat warna merah bata terbentuk dalam endapan. Hasil penghitungan kadar Cl dalam larutan garam yakni 48,25%.

Setelah itu, kadar klorida juga diidentifikasi dalam air suling. Penggunaan indikator K2CrO4 juga dipilih dalam proses titrasi tersebut. Hasilnya adalah terbentuk endapan yang berwarna coklat sedikit kemerahan. Hasil penghitungan kadar Cl dalam air suling yaitu 1,137%.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

Proses titrasi dapat ditentukan titik akhirnya menggunakan tiga metode yakni Mohr, Fajans dan Volhard. Praktikum ini berpatokan pada metode Mohr sehingga memanfaatkan K2CrO4 sebagai indikator.

Sesuai hasil pengamatan, konsentrasi murni dari perak nitrat atau AgNO3 sebesar 0,112 N. Kemudian, endapan Cl dalam larutan garam + aquades terukur sebesar 48,25%. Sedangkan endapan Cl dalam air suling/air ledeng terukur sebesar 1,137%.

Daftar Pustaka

Adapun Daftar Rujukan Berbagai sumber diatas, adalah sebagai berikut:

  • Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Erlangga. Jakarta.
  • Kisman, Sarjono, 1988. “Analisis Farmasi”. Univesitas Gajah Mada : Yogyakarta.
  • Mulyono. 2005. Membuat reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara
  • Roth, J.H., dan Blaschke, G., 1998, Analisis Farmasi, Cetakan III, diterjemahkan oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Download Laporan Praktikum (PDF)

Anda Dapat Mendownload laporan Praktikum Argentometri ini dalam format PDF dengan mengklik tombol download dibawah ini.

[su_spoiler title=”Download / Unduh” style=”fancy” icon=”chevron-circle”]

Download File
PDF (106 KB)[/su_spoiler]

Leave a Comment