Cerita Rakyat Sangkuriang

Cerita rakyat Sangkuriang merupakan kisah dari zaman dulu yang melatarbelakangi adanya gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat.

Dongengnya sangat terkenal karena diceritakan dimana-mana, dan diturunkan dari generasi ke bawahnya.

Cerita rakyat sangkuriang juga sangat dikenal ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, sehingga banyak orang yang menceritakannya.

Banyak juga orang yang mempelajarinya, hingga meneliti legenda tersebut dengan mengawalinya dari analisis unsur intrinsik dan ekstrinsiknya seperti yang akan di bahas di artikel ini.

Tapi sebelum masuk ke analisisnya, mari kita simak cerita rakyat sangkuriang secara garis besarnya dibawah ini.

Cerita Rakyat Sangkuriang

[su_box title=”Simak kisahnya dibawah ini” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

1. Hiduplah Sebuah Keluarga

Pada suatu hari diceritakan hiduplah sebuah keluarga yang harmonis. Keluarga ini terdiri dari ibu, anak laki-laki, dan anjing peliharaan yang sangat penurut.

Ibunya bernama Dayang Sumbi, anaknya Sangkuriang, dan anjingnya bernama Tumang. Keluarga ini tinggal di desa dengan seekor anjing peliharaan yang setia.

Anjing itu merupakan titisan dewa yang sempat menikahi Dayang Sumbi, namun anaknya tidak pernah mengetahuinya. Dewa tersebut dikutuk dan menjadi anjing sampai sekarang.

2. Pertumbuhan Sangkuriang

Seiring berjalannya waktu sangkuriang yang hidup dengan penuh cinta dari ibu dan anjing peliharaan membuatnya menjadi anak kuat.

Anak ini tumbuh dewasa dan berkembang menjadi seorang pemuda dengan wajah yang tampan serta baik hati.

Dia sangkuriang yang hidup di desa kini menjadi seseorang terampil dalam berburu. Hidupnya dipenuhi dengan suka dan duka karena tidak pernah bertemu dengan ayahnya.

Namun, Sangkuriang tetap bahagia karena ada ibu yang mendidiknya dengan baik.

3. Sangkuriang Memenuhi Permintaan Ibunya

Dayang Sumbi yang kebetulan pada hari itu sangat lapar, meminta anaknya untuk pergi ke hutan memburu hati rusa atau kijang.

Sangkuriang yang selalu taat pada ibunya akhirnya pergi ke hutan dengan Tumang untuk mencari mangsa.

Sangkuriang sengaja mengajak Tumang karena anjing kesayangannya itu selalu menjaganya, menemaninya, dan setia menuruti permintaannya.

Tumang pun ikut pergi bersama Sangkuriang ke hutan untuk mencari rusa atau kijang yang diinginkan oleh ibunya. Sangkuriang merasa lelah dan kewalahan karena hal ini biasanya tidak terjadi.

Biasanya, ia dengan mudahnya mendapatkan buruannya dengan cepat, ia tidak mau mengecewakan ibunya karena dia anak baik. Kemudian, ia menyuruh Tumang untuk melacak rusa atau kijang.

4. Tumang Lelah

Tumang yang sudah bersama Sangkuriang dalam waktu lama di hutan ini sama merasa lelah, sehingga geraknya sangat lambat dan bahkan sulit untuk bergerak.

Sangkuriang yang gemas dengan perilaku Tumang akhirnya memarahi Tumang. Sangkuriang melakukan ini semua untuk memenuhi permintaan ibunya.

Ibunya merupakan satu-satunya orang yang ia sayangi, sehingga permintaan ini harus ditaati meski sangat sulit mendapatkan rusa atau kijang di hutan.

Tumang yang kelelahan ini pun gagal mendapatkan kijang atau rusa. Sangkuriang pun marah karena gerakan Tumang yang lambat, sehingga membuat Tumang sedih dan kembali berusaha mengejar rusa atau kijang untuk ibunya.

5. Tumang Diancam Dibunuh oleh Sangkuriang

Sangkuriang yang merasa semakin kesal karena Tumang tidak mendapatkan buruannya, akhirnya berkata “kalau sampai saat ini kijang atau rusanya lolos, akan ku bunuh kamu.”

Kata Sangkuriang kepada Tumang. Tumang yang gagal kembali memburu kijang atau rusa akhirnya dibunuh oleh Sangkuriang, kemudian ia hanya membawa hatinya saja untuk dibawa kepada ibunya yang sedang lapar.

Ia mengganti hati rusa atau kijang menjadi anjing.

6. Dayang Sumbi Memakan Hati Tumang

Sangkuriang pun pulang tanpa Tumang, namun ibunya tidak menyadari itu. Kemudian, hatinya diberikan kepada ibunya untuk segera dimasak dan dimakan bersama.

Ibunya sangat senang karena ia ingin sekali memakan hati rusa atau kijang akhirnya tercapai. Ketika ia memasak, Dayang Sumbi belum menyadari kalau Tumang tidak ikut pulang.

Ia tidak bertanya tentang Tumang, masakan hati ibunya Sangkuriang pun matang, dan mereka berdua memakan hati tersebut bersama tanpa kehadiran Tumang.

7. Dayang Sumbi Marah

Dayang Sumbi kemudian menyadari bahwa Tumang tidak ikut pulang. Ia mulai khawatir dan bertanya kepada Sangkuriang dimana Tumang.

Sangkuriang pun menjawab dengan jujur bahwa hati yang dimakan adalah punya Tumang. Dayang Sumbi langsung marah besar dan menangis menjerit.

Hal ini membuat pohon bergerak kaget, angin kencang masuk ke rumahnya, dan Sangkuriang pun ikut kaget. Sangkuriang mengira ibunya lebih menyayangi anjing daripada dia.

Hal ini membuatnya kesal, sehingga ia pergi dari rumah karena melihat ibunya marah besar.

Sangkuriang benci kepada ibunya, dan tidak mau lagi kembali ke rumah. Sangkuriang pun kabur, dan meninggalkan ibunya.

8. Ibunya Menyesal dan Mencari Sangkuriang

Ibunya yang menyesal telah memaki anaknya langsung meminta pertolongan kepada dewa untuk segera menemukan Sangkuriang.

Sangkuriang sudah tidak pulang bertahun-tahun dan sekarang sudah menjadi anak remaja yang tampan serta pemberani.

Dewa yang mendengar permintaan Dayang Sumbi langsung mengabulkan, dan memaafkan perkataan Dayang Sumbi.

Ia pun diberikan kecantikan abadi yang artinya tidak akan pernah menua selamanya.

9. Sangkuriang Pergi ke Sebuah Pondok

Sangkuriang yang hidup dari tempat lain, ke tempat lain ini akhirnya menemukan sebuah pondok yang subur.

Pondok itu dipenuhi dengan kolam air yang terlihat segar, Sangkuriang pun mengetuk pintu pondok karena akan meminta izin untuk minum airnya.

Ternyata, pemilik pondok itu adalah Dayang Sumbi. Keduanya tidak mengenal satu sama lain karena sudah lama berpisah. Sangkuriang pun jatuh cinta, dan ingin menikahi Dayang Sumbi alias ibunya.

10. Dayang Sumbi belum Mengenali Sangkuriang

Dayang Sumbi sama sekali tidak mengenali Sangkuriang karena perubahan wajahnya sangat drastis.

Sangkuriang juga merubah Namanya menjadi Jaka, sehingga tidak dikenali dengan mudah oleh Dayang Sumbi.

Sangkuriang pun melamar Dayang Sumbi, dan ibunya menerimanya. Namun, Dayang Sumbi menemukan satu hal yang menyadarinya bahwa calon suaminya itu anaknya.

Ia menemukan luka persis seperti Sangkuriang, kemudian ia mengingat kembali anaknya.

11. Syarat Pernikahan

Dayang Sumbi kaget karena calon suaminya adalah anaknya yang hilang. Kemudian, ia menceritakan semuanya kepada Sangkuriang namun, sangkuriang tidak percaya.

Akhirnya, Dayang Sumbi membuat syarat nikah untuk anaknya dengan membuat aliran sungai Citarum.

Syarat tersebut sangatlah berat dan sulit, sehingga membuat Dayang Sumbi sangat yakin bahwa Sangkuriang tidak akan bisa mencapainya.

Namun, Sangkuriang yang pekerja keras itu tetap menerima syarat nikah dan membuat aliran air Citarum dengan penuh semangat.

12. Sangkuriang Mengamuk

Dayang Sumbi yang terus mempersulit syaratnya ini membuat Sangkuriang tidak gentar. Dayang mengubah syaratnya dengan membuat sungai Citarum dalam waktu satu malam.

Sangkuriang paham ini sangat mustahil namun, ia tetap melakukannya karena terlanjur cinta.

Satu malam pun berlalu, Sangkuriang yang sudah sangat lelah membuat aliran sungai ternyata tetap gagal menikahi Dayang Sumbi.

Hal ini membuat Sangkuriang marah besar, sehingga perahu yang ia buat ditendang dengan sangat keras.

Perahu tersebut sangat besar dan kokoh, ia sangat kecewa karena syarat pernikahan yang sangat sulit, sehingga ia tidak bisa menepatinya.

Perahu tersebut kemudian terbang, dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.[/su_box]

Selain cerita diatas, mungkin anda juga tertarik membaca:

Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Sangkuriang

Setelah membaca cerita rakyat sangkuriang diatas, mari kita pelajari analisis unsur-unsur interinsik cerita diatas, sebagai berikut:

1. Tema

[su_box title=”Analisis Tema” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Tema dari cerita rakyat sangkuriang di atas adalah tentang kisah cinta terlarang.

Kisah ini terlarang karena adanya rasa cinta dari anak kepada ibunya, cinta ini melainkan rasa suka kepada lawan jenis, bukan cinta tulus dari anak ke ibunya.[/su_box]

2. Latar

[su_box title=”Latar pada cerita” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Latar dari Legenda Sangkuriang di atas adalah desa terpencil, hutan, sungai citarum, dan lokasi untuk membalikan perahu.

Latarnya waktunya adalah jaman dahulu kala karena masih ada kutukan dan dewa yang berbicara kepada manusia.[/su_box]

3. Tokoh

[su_box title=”Penokohan” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Tokoh dari cerita rakyat sangkuriang adalah Dayang Sumbi yang penyayang, gampang panik, namun baik hati.

Sangkuriang yang pemberani, tidak memikirkan panjang tentang segala hal, dan mudah sekali marah. Dewa dan Tumang yang juga tokoh baik hati.[/su_box]

4. Alur

[su_box title=”Alur Cerita” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Alur pada cerita diatas adalah maju dan mundur karena kisahnya menceritakan masa depan tokohnya, dan kadang kala mundur untuk mengingat kejadian di masa lalu meski tidak diceritakan secara rinci.[/su_box]

5. Sudut Pandang

[su_box title=”Sudut pandang pada cerita” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga karena mencerikan kisah orang lain.

Hal ini ditandai dengan menyebutkan nama orang, ia, dia, dan mereka. Sudut pandang ketiga juga menandakan bahwa cerita diatas tidak menceritakan pengalaman pribadi dengan kata “aku.”[/su_box]

6. Amanat / Pesan Moral

[su_box title=”Pesan moral cerita” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Amanat dari cerita rakyat sangkuriang sangatlah banyak, sebagai anak kita harus berbakti kepada orang tua, jangan pernah melukai hatinya, dan harus bijak dalam mengambil keputusan.

Begitupun sebagai orang tua, hal ini karena pendidikan orang tua itu penting.[/su_box]

7. Majas

[su_box title=”Analisis Majas” style=”noise” box_color=”#00C2CB” title_color=”#ffffff”]

Dalam cerita ini, majas yang ada pada cerita di atas adalah hiperbola dan personifikasi.

Selain itu, majas yang pertama adalah hiperbola hadir pada bagian kisah yang menceritakan detail penokohannya, sementara majas personifikasi pada bagian penjelasan alamnya.[/su_box]

Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat Sangkuriang

Unsur nilai kebudayaan dan moralnya sangat erat dengan kehidupan keluarga.

Sehingga, nilai kebudayaannya adalah suku Sunda zaman dulu, dan nilai moralnya adalah tentang hubungan keluarga yang kurang harmonis.

Cerita rakyat sangkuriang merupakan kisah yang sangat menarik bila diceritakan ulang.

Hal ini karena akan banyak pesan moral yang bisa dipetik dan dijadikan nilai dasar untuk anak-anak Anda dalam membentuk karakternya.

Leave a Comment