Cerita Rakyat Cindelaras

Cerita rakyat Cindelaras merupakan sebuah cerita yang berasal dari tanah Jawa. Maka tak heran jika cerita ini juga tersedia di dalam versi Bahasa Jawa.

Sama seperti cerita rakyat pada umumnya, cerita ini juga mengangkat tema tentang kebaikan dan juga moral.

Walaupun berasal dari Jawa, namun cerita ini sudah tersohor hampir di seluruh pelosok negeri.

Kisah ini sendiri termasuk ke dalam dongeng namun banyak pula yang memasukkannya ke dalam legenda, karena terdapat unsur sejarah di dalamnya.

Cerita Rakyat Cindelaras

Dikisahkan di tanah Jenggala, ada sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raden Agung. Raja memiliki seorang ratu yang baik hati dan cantik jelita.

Namun,ada salah satu selir yang iri dan berniat untuk mencelakakan sang ratu.

Berkat fitnah yang dilontarkan sang selir, permaisuri pun akhirnya diusir oleh Raden Agung dan hendak dibunuh.

Untungnya, sang patih yang mendapat mandat tersebut tidak melaksanakan perintah dan malah membuatkan tempat tinggal untuk sang ratu.

Waktu berselang dan ratu melahirkan seorang anak yang diberi nama Cindelaras.

Cindelaras memiliki seekor ayam ajaib yang bisa bersenandung. Nantinya ayam inilah yang mengantarkan Cindelaras bertemu dan berkumpul kembali dengan ayahnya, Raden Agung.

Unsur Intrinsik Cerita Cindelaras

Didalam cerita di atas, kita dapat menganalisis unsur-unsur yang terdapat dalam cerita.

Dibawah ini di uraikan Unsur Intrinsik Cerita Cindelaras:

1. Tema

[su_box title=”Tema Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Cerita rakyat Cindelaras mengangkat tema tentang moralitas dan juga kejujuran.

Hal ini bisa dilihat dari hasil akhir cerita, ketika kebohongan selir istana yang terungkap dan Cindelaras beserta ibunya bisa kembali ke istana. 

Tema lain yang bisa dilihat dari kisah ini adalah kemanusiaan. Hal ini terlihat ketika sang patih yang diperintahkan untuk membunuh ratu tetapi tidak melaksanakannya.

Sang patih mengetahui bahwa ratu tidak bersalah sehingga membiarkannya hidup.[/su_box]

2. Latar

[su_box title=”Latar Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Seperti yang sudah disampaikan di atas, Cindelaras merupakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari tanah Jawa.

Hal ini juga disebutkan di dalam cerita bahwa asal dari Cindelaras adalah dari Kerajaan Jenggala. 

Sedangkan menurut sejarah, Kerajaan Jenggala sendiri berada di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur.

Dengan demikian sudah jelas bawah latar suasana yang digambarkan dalam cerita ini tidak jauh dari suasana kerajaan.

Untuk waktu peristiwa terjadi bisa diperkirakan sekitar tahun 1042 hingga 1130. Sebab pada kurun waktu tersebut Kerajaan Jenggala masih berdiri sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Demak. 

Kondisi kerajaan tersebut juga masih asri dan penuh banyak hutan belantara, sehingga hukuman yang paling mungkin yang tidak akan diketahui orang banyak adalah pembuangan ke hutan.[/su_box]

3. Tokoh

[su_box title=”Tokoh Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Untuk tokoh protagonis di dalam cerita Cindelaras adalah Cindelaras, Permaisuri yang juga ibu dari Cindelaras dan juga sang patih.

  • Cindelaras : sebagai tokoh utama, memang digambarkan sebagai seorang anak yang rajin, hal ini dibuktikan dengan ketelatenannya dalam memelihara ayam dari telur hingga besar.

Selain itu, dia juga baik hati. Buktinya, ketika mengetahui kejadian yang menimpa dirinya, dia tidak marah atau bersumpah serapah, namun masih meminta izin kepada ibunya untuk mendatangi istana.

Dalam cerita rakyat Cindelaras, anak muda ini juga digambarkan sebagai orang yang pemberani.

  • Sang ratu alias ibu Cindelaras :  Istri Raden Putra ini digambarkan sebagai wanita cantik jelita yang baik hati. Hal yang membuktikan pernyataan tersebut adalah karena dia begitu dicintai oleh sang raja dan juga rakyatnya, hingga menimbulkan iri hati si selir jahat. 

Selain itu, ketika akan dibuang di hutan, sang ratu juga tetap ikhlas serta tidak berniat untuk melaporkan fitnah selir tersebut kepada raja.

Bahkan ketika harus meninggalkan istana yang penuh dengan segalanya dan tinggal di hutan, dia juga tidak keberatan.

  • Sang Patih : Walaupun bukan tokoh utama, namun sang patih memiliki peran di dalam cerita legenda ini. Sebab, jika bukan karena kemurahan hatinya, maka tentu sang ratu sudah dibunuh sehingga tidak akan ada Cindelaras.

Meskipun hal tersebut bisa dikatakan sebagai pembangkangan terhadap perintah raja, dan bisa saja dianggap bersalah karena tidak setia, namun Sang Patih tetap mengutamakan kejujuran dan juga kebenaran.

Tokoh antagonis di dalam kisah Cindelaras adalah selir jahat dan juga Raden Putra.

  • Selir Jahat : Peran selir di cerita ini sudah sangat gamblang, yaitu sebagai tokoh jahat alias antagonis. Digambarkan sebagai sosok yang mudah iri dan dengki, selir pun menggunakan segala cara untuk menggulingkan sang ratu, bahkan dengan ilmu hitam.

Tokoh jahat ini juga pandai berbohong. Dia berpura-pura sakit dan memfitnah sang ratulah yang sudah membuatnya menderita.

Walaupun tidak diberi nama yang jelas, namun peran selir dapat mengubah jalan cerita, sehingga bisa dikatakan dia adalah tokoh yang penting.

  • Raden Putra : Sebenarnya tokoh raja ini berada di tengah-tengah, dia tidak jahat dan juga tidak juga baik. Meskipun dikenal sebagai raja yang adil dan memperhatikan rakyatnya, namun Raden Putra juga luput dalam memperlakukan istrinya secara adil.

Sebelum mengusir ratu keluar dari istana, dia tidak berusaha mencari tahu dahulu kebenarannya.

Raja mudah termakan fitnah dari selirnya. Selain itu, dia juga tidak mengetahui bahwa istrinya tengah mengandung.

Walau demikian, dia juga cepat menyadari kesalahan. Hal ini terbukti ketika Cindelaras datang menemuinya dan memenangkan sayembara, serta menceritakan kebenaran yang terjadi, raja dengan sepenuh hati menerima Cindelaras dan ibunya kembali.[/su_box]

4. Alur

[su_box title=”Alur Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Jalan cerita yang digunakan dalam legenda Cindelaras ini menggunakan alur campuran.

Sebab di dalam cerita dikisahkan dari awal ketika ratu difitnah dan dibuang ke hutan, melahirkan Cindelaras hingga akhirnya Cindelaras bisa membuktikan mereka berdua tidak bersalah dan memboyong ibunya kembali ke istana.

Namun, ada satu waktu, yaitu ketika sang ratu menceritakan perihal asal-usul Cindelaras, terjadilah alur mundur, yaitu menceritakan tentang masa lalu.

Begitu pula ketika Cindelaras menghadap kepada raja, yang adalah ayahnya, dan menceritakan semua yang sebenarnya terjadi.[/su_box]

5. Sudut Pandang

[su_box title=”Sudut Pandang Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Dalam cerita rakyat Cindelaras ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.

Hal ini dapat diketahui dari penyebutan nama tokoh yang berbeda-beda, dan semuanya memiliki karakter yang kuat dalam cerita. 

Ketika berperan sebagai Cindelaras, pengarang bisa menempatkan diri sebagai tokoh Cindelaras dengan segala pemikiran dan juga karakterisasi yang kuat.

Demikian juga ketika mengambil peran sebagai ratu, Raden Putra maupun sang patih dan tokoh lainnya. [/su_box]

6. Amanat / pesan moral

[su_box title=”Amanat Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Pesan moral pertama yang didapatkan dari cerita ini adalah kebenaran akan selalu menemukan jalannya.

Walaupun sudah difitnah dengan begitu rapi, akhirnya kebohongan dari selir bisa diketahui dan ratu pun bisa kembali ke istana.

Cerita ini juga berpesan agar kejujuran selalu dinomor satukan. Meskipun berat, namun kejujuran akan selalu menang pada akhirnya.

Selain itu, sampai kapanpun kejahatan tidak akan pernah menang melawan kebaikan dan kebenaran.

Kisah ini juga memberikan pelajaran bahwa perasaan iri dan dengki adalah perasaan yang tidak baik dan tidak seharusnya dipelihara.

Jika terus dipupuk, maka perasaan tersebut bisa menyakiti orang lain dan merugikan diri sendiri. [/su_box]

7. Majas

[su_box title=”Majas Cerita Cindelaras” style=”noise” box_color=”#f50421″ title_color=”#ffffff”]

Gaya bahasa yang digunakan di dalam cerita ini adalah majas hiperbola atau berlebihan. Hal ini bisa dilihat dari penggambaran ayam yang tidak mungkin ada dalam kehidupan nyata.

Ayam yang biasanya berkokok, di dalam cerita rakyat Cindelaras menjadi bisa bersyair. 

Ayam ini juga diceritakan berasal dari telur yang ditinggalkan begitu saja, namun bisa menetas tanpa induknya.

Selain itu, ayam ini juga digambarkan sebagai ayam perkasa yang tidak pernah terkalahkan. Siapapun lawannya, ayam ini akan selalu menang. 

Majas lain yang digunakan di dalam cerita rakyat Cindelaras ini adalah personifikasi.

Tokoh yang berperan dalam pemuatan unsur ini juga adalah sang ayam. Alih-alih berkokok, ayam ini bisa bersenandung seperti manusia.[/su_box]

Unsur Ekstrinsik Cerita Cindelaras

Selain unsur Intrinsik, terdapat pula unsur ekstrinsik dalam cerita ini, berikut ini merupakan unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat cindelaras:

  • Budaya : pengarang nampaknya adalah seorang yang berasal dari Jawa, khususnya Jawa Timur. Hal ini bisa dilihat dari penggambaran tiap tokoh dan juga suasana yang kental dengan suasana Jawa. Penyebutan Raden untuk bangsawan juga kebanyakan merupakan sebutan untuk raja Jawa. 
  • Nilai : dalam cerita rakyat Cindelaras, pengarang ingin menekankan nilai kebaikan dan kebenaran yang tidak akan kalah oleh apapun. Meskipun kejahatan berusaha menutupinya, tetapi suatu saat pasti akan terungkap juga.

Nilai lain yang dipegang teguh oleh pengarang yang dituangkan di dalam cerita adalah keihklasan dalam menjalankan segala sesuatu yang digariskan Sang Maha Pencipta.

Sebab, suatu saat semuanya akan dikembalikan kepada yang berhak menerimanya.

  • Kondisi Sosial : kisah ini diangkat dengan kesan kerajaan yang kental. Hal ini wajar karena perkiraan cerita ini muncul juga pada zaman kerajaan yang penuh dengan intrik. Pengarang ingin memperlihatkan bahwa segala sesuatu bisa saja terjadi dan perebutan kekuasaan itu ada.

Selain itu, kondisi masyarakat juga digambarkan masih gemar melakukan judi sabung ayam, bahkan raja pun melakukan hal yang sama.

Bisa dibilang itu adalah gambaran masyarakat yang belum agamis karena judi, terlebih dengan sabung ayam, sangat dilarang.

Cerita rakyat Cindelaras mengajarkan kita bahwa seberapapun fitnah maupun perbuatan tidak menyenangkan dialamatkan kepada kita, asalkan kita benar dan ikhlas, semuanya pasti akan dibukakan dan beroleh keadilan.

Leave a Comment