Cerita Rakyat Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan salah satu candi yang cukup terkenal. Berada di Yogyakarta, candi ini banyak menjadi tujuan wisata.

Selain keindahan dan keajaiban yang ditemukan, tersimpan juga cerita rakyat Candi Prambanan yang konon menjadi legenda terbentuknya candi ini.

Candi Prambanan banyak yang mengenalnya karena kisah Roro Jonggrang. Bahkan banyak mitos yang dipercaya oleh warga sekitar akan kemistisan candi ini.

Secara geografis sebenarnya candi ini berada di wilayah Klaten, namun lebih banyak dikenal orang sebagai wisata di Yogyakarta.

Cerita Rakyat Candi Prambanan

[su_box title=”Simak Ceritanya” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

1. Legenda Candi Prambanan

Disebutkan pada zaman dahulu terdapat kerajaan yang bernama Kerajaan Prambanan. Kala itu kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Baka.

Semasa pemerintahannya, rakyat hidup sejahtera dan penuh damai. Di sekitar Kerajaan Prambanan ini terdapat kerajaan-kerajaan kecil. Semuanya sangat menghormati Prabu Baka.

Sang raja memiliki anak yang cantik jelita, nama putri raja tersebut adalah Roro Jongggrang. Selain cantik, Roro Jonggrang juga terkenal sebagai sosok yang baik hati.

Para rakyat sangat mencintai dan menghormati sang putri seperti mereka mencintai rajanya. Sementara itu tersebutlah Kerajaan Pengging yang tidak kalah besar dengan Kerajaan Prambanan.

Kerajaan Pengging ini terkenal dengan kerajaan yang arogan dan haus akan kekuasaan. Mereka selalu berusaha menaklukkan wilayah lain untuk dikuasainya.

Di kerajaan ini terdapat pendekar yang bernama Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso adalah seorang pendekar sakti dan memiliki ajian yang sangat sakti.

Selain itu Bandung Bondowoso juga memiliki pasukan jin yang selalu membantunya dalam menyelesaikan semua misi dari kerajaan. Terutama untuk memperluas kekuasaan.

2. Serangan dari Kerajaan Pengging

Keinginan untuk memperluas wilayah akhirnya berdampak pada Kerajaan Prambanan. Raja Kerajaan Pengging merencanakan menyerbu Kerajaan Prambanan.

Mereka telah menyiapkan pasukan tempur, tentu saja Bandung Bondowoso menjadi senjata andalan.

Setelah persiapan matang, pasukan Kerajaan Pengging berangkat untuk melakukan penyerbuan ke Kerajaan Prambanan.

Rencana ini sangat rapi, sehingga Prabu Baka bahkan tidak mendengar rencana penyerbuan tersebut. Disisi lain, kehidupan di Kerajaan Prambanan masih berjalan seperti biasanya.

Tiba-tiba ada seorang rakyat yang berlari ke arah Prabu Baka yang saat itu sedang berada di depan istana. Dengan tergopoh-gopoh rakyat ini menyampaikan kepada Prabu Baka.

“Kanjeng Prabu, maaf kanjeng….ini gawat!” katanya dengan penuh kepanikan. “Ada apa kisanak, apa yang terjadi hingga panik seperti ini. Apakah ada harimau yang mengejarmu.

Tenanglah dahulu kisanak!” Kata Prabu Baka sambil menenangkan rakyatnya.

“Gusti, ini sangat gawat Gusti. Ada pasukan dari Kerajaan Pengging yang mau menyerbu.

Mereka sudah sampai di perbatasan!” Lanjut sang rakyat. Prabu Baka saat itu belum percaya dengan kata-kata rakyatnya tersebut.

“Jangan mengada-ada kisanak, kamu jangan bicara sembarangan!” Jawab Prabu Baka. Namun raut muka sang Prabu Baka mendadak menjadi tegang.

“Sumpah Gusti Prabu, hamba tidak berbohong. Jika Gusti Prabu tidak percaya, mari bersama-sama melihat ke perbatasan!” katanya.

Dengan sangat mendadak Prabu Baka mengumumkan siaga perang. Seketika juga kerajaan terlihat sangat ramai dengan hiruk pikuk rakyat dan para tentara.

Kehidupan damai yang dirasakan sebelumnya menjadi situasi yang penuh kepanikan. Para tentara bersiaga di perbatasan, sedangkan yang lain mengamankan rakyat kedalam kerajaan.

Jumlah tentara yang sangat terbatas dan seadanya dan sangat tidak seimbang dengan pasukan dari Kerajaan Pengging.

Pasukan Kerajaan Prambanan yang berjaga di garis depan telah berhasil di habiskan oleh pasukan Kerajaan Pengging. Mereka terus maju untuk bisa masuk ke Kerajaan Prambanan.

Walaupun terdapat perlawanan, namun tentara Bandung Bondowoso berhasil masuk kerajaan. Serangan mendadak ini membuat pasukan Kerajaan Prambanan kalang kabut.

Prabu Baka segera mengamankan Roro Jonggrang dan membawanya ke tempat yang aman. Bersama dengan para anggota keluarga lainnya, Roro Jonggrang bersembunyi.

3. Pertempuran Tidak Seimbang

Siang itu awan kelabu tampak menyelimuti Kerajaan Prambanan. Angin tiba-tiba berhembus sangat kencang. Kedua pasukan kerajaan telah bersiap.

Jumlahnya sangat tidak seimbang, namun semangat pasukan Kerajaan Prambanan tetap tinggi.

Seorang panglima Kerajaan Pengging mulai memberikan aba-aba, “Seraaaaang!” Serentak pasukan langsung bergerak ke arah Pasukan Kerajaan Prambanan.

Pasukan kedua kerajaan ini saling beradu pedang. Pada awal pertarungan, pasukan Kerajaan Prambanan berhasil unggul.

Namun karena jumlah mereka sangat sedikit, pasukan Kerajaan Pengging membuatnya kewalahan. Pertempuran ini terjadi hingga beberapa hari lamanya.

Ketika pasukan Kerajaan Prambanan sudah mencapai batasnya, Prabu Baka terjun untuk memimpin pertempuran dan melawan Bandung Bondowoso.

Namun naas, sang raja tewas ditangan Bandung Bondowoso.  Raja Pengging senang mendengar berita tentang kemenangan Bandung Bondowoso dan berhasil menaklukkan Kerajaan Prambanan.

Karena keberhasilannya, akhirnya Raja Pengging memberikan tahta Kerajaan Prambanan kepada Bandung Bondowoso.

4. Kisah Roro Jonggrang, Cinta Pada Pandangan Pertama

Setelah menduduki tahta Kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso menahan seluruh anggota kerajaan termasuk Roro Jonggrang.

Ketika melihat kecantikan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso langsung menyukai gadis tersebut.

Tanpa pikir panjang, dia langsung mempersunting Roro Jonggrang. “Ternyata benar berita yang ada diluar sana.

Kamu begitu cantik. Roro Jonggrang apakah kamu mau menjadi permaisuriku?” Tanya Bandung Bondowoso.

Tatapan Roro Jonggrang kosong, air matanya mulai jatuh perlahan. Bandung Bondowoso tertegun dan menjadi salah tingkah.

Roro Jonggrang teringat akan kematian ayahnya di tangan orang yang mempersuntingnya. Di dalam hatinya, Roro Jonggrang sangat membenci Bandung Bondowoso.

Namun dia tidak memiliki pilihan lain. Dengan mempertimbangkan masa depan Kerajaan Prambanan, akhirnya dia menerima lamaran tersebut.

Namun ada syarat yang harus dikerjakan oleh Bandung Bondowoso, yaitu membuat 1000 candi dan dua buah sumur hanya dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso menerima syarat tersebut.

5. Seribu Candi Dalam Semalam

Untuk memenuhi syarat tersebut, Bandung Bondowoso memerintahkan pasukan jin. Pengerjaannya sangat cepat dan membuat Roro Jonggrang panik.

Dia harus menggagalkan Bandung Bondowoso dalam membangun candi. Hanya tersisa 3 candi lagi untuk diselesaikan, akhirnya Roro Jonggrang menemukan ide.

Dia mengumpulkan para dayang dan memerintahkan untuk membakar jerami. Dayang yang lainnya membunyikan lesung. Ayam mulai berkokok karena langit telah berwarna kemerahan. 

Para jin menduga hari telah pagi dan pergi meninggalkan pekerjaan. Bandung Bondowoso kesal dan masih berusaha menyelesaikan satu candi yang tersisa.

Namun hari sudah beranjak pagi dan terlihat Roro Jonggrang tersenyum karena puas berhasil menggagalkan Bandung Bondowoso.

“Kamu curang Roro Jonggrang, kamu yang menggagalkannya.” Kata Bandung Bondowoso dengan kesal.

Akhirnya dengan kekuatannya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang hingga menjadi arca yang ke 1000 di candi tersebut.[/su_box]

Selain cerita diatas, mungkin kamu juga tertarik membaca cerita berikut:

Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Candi Prambanan

Pembahasan selanjutnya mengenai unsur intrinsik cerita.

Berikut adalah beberapa unsur intrinsik dalam Cerita Rakyat Candi Prambanan:

1. Tema

[su_box title=”Tema Cerita” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

Tema yang diambil pada cerita rakyat Candi Prambanan ini adalah tentang penghianatan. Konflik muncul ketika Prabu Baka terbunuh di tangan Bandung Bondowoso dan meminang Roro Jonggrang. 

Sang putri harus mencari akal untuk menolak pinangan Bandung Bondowoso secara halus, bagaimanapun dia telah membunuh ayah tercintanya.

Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide agar usaha Bandung Bondowoso gagal.[/su_box]

2. Latar

[su_box title=”Latar dalam cerita” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

Ada 2 latar yang digunakan yaitu Prambanan dan Pengging, namun fokus utamanya adalah Prambanan.

Untuk latar waktunya adalah masa lalu ketika peperangan antar Kerajaan Pengging dan Prambanan. Waktu rincinya adalah pagi, siang, malam, dan fajar.[/su_box]

3. Tokoh

[su_box title=”Penokohan” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

A. Bandung Bondowoso

Bandung Bondowoso merupakan tokoh antagonis pada cerita rakyat Candi Prambanan ini. karakternya adalah kejam dan berani.

Hal ini ditunjukkan dari keberaniannya menyerang Kerajaan Prambanan yang akhirnya menewaskan Prabu Baka.

Selain itu, Bandung Bondowoso juga seorang yang ambisius. Dia berusaha keras melakukan apapun demi ambisinya.

Salah satunya adalah menerima syarat Roro Jonggrang membuat 1000 candi agar bisa menikahi Roro Jonggrang.

B. Roro Jonggrang

Gambaran karakter Roro Jonggrang adalah cantik, patuh, baik, dan hormat kepada ayahnya. Namun dia juga memiliki sifat buruk yaitu curang.

Contohnya ketika berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso ketika memenuhi syarat yang diberikan.

C. Prabu Baka

Seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya. Sifatnya yang baik dan mengayomi rakyat. Sangat disegani bahkan dari kerajaan lain. Pemberani dan berani mati untuk membela kerajaan.

D. Tokoh lain

Tokoh lainnya antara lain dayang istana, rakyat Kerajaan Prambanan, dan pasukan jin.

[/su_box]

4. Alur

[su_box title=”Alur Cerita” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

Cerita Candi Prambanan ini menggunakan alur maju. Peristiwanya terjadi berurutan mulai dari awal kisah, pertengahan, hingga pada akhir kisah.[/su_box]

5. Sudut Pandang

[su_box title=”Sudut Pandang Cerita” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

Seperti pada kebanyakan cerita lainnya, sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Terlihat dari penggunaan kata ganti yaitu dia dan mereka.[/su_box]

6. Amanat / Pesan Moral

[su_box title=”Pesan moral” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

  • Tepati janji yang sudah dibuat agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
  • Bagaimanapun Anda menutupi tindakan buruk, pasti akan ketahuan juga. 
  • Sportif dalam segala hal. Jangan curang dan terimalah jika mengalami kekalahan.[/su_box]

7. Majas

[su_box title=”Analisi Majas” style=”noise” box_color=”#2340D8″ title_color=”#ffffff”]

  • Hiperbola
  • Sarkasme
  • Eksklamasio[/su_box]

Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat Candi Prambanan

Selain unsur intrinsik, berikut kita analisis juga unsur Ekstrinsik pada cerita candi prambanan diatas:

  • Nilai sosial: Roro Jonggrang memiliki tutur kata yang halus.
  • Nilai budaya: perang menjadi cara untuk memperluas wilayah kerajaan dan tentang budaya yang ada di Jawa Tengah kala itu.
  • Unsur religi: adanya kepercayaan pada makhluk halus, contohnya jin.
  • Nilai moral: ajaran untuk tidak menang sendiri atau egois.

Keunikan yang dimiliki oleh cerita rakyat Candi Prambanan ini adalah Anda bisa melihat wujud Candi Prambanan hingga saat ini.

Legenda ini juga memiliki makna yang menjadi pelajaran untuk masa kini. Banyak nasihat dan amanat untuk menjalani hidup yang lebih baik.

Leave a Comment