Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan bagian dari rasio keuangan. Rasio keuangan umumnya digunakan untuk mengetahui kesehatan perusahaan dari berbagai sudut pandang.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kesehatan perusahaan dari sudut pandang laba perusahaan.

Dari rasio ini kamu akan mengetahui apakah laba yang dihasilkan sekarang cukup menguntungkan atau tidak bagi perusahaan. Apakah mampu mengamankan aset yang telah kamu beli dan lain sebagainya.

Apa Itu Rasio Profitabilitas

Menurut para ahli rasio profitabilitas adalah metode untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dari usahanya.

Rasio profitabilitas menurut Kasmir 2016 merupakan rasio yang digunakan untuk menilai perusahaan dalam mencari keuntungan atas usahanya serta menjadi tolak ukur atas mampu tidaknya perusahaan bertahan.

Bagi Van Horne dan Wachowicz (2005:222) menyatakan bahwa rasio ini erat kaitannya dengan investasi dan penjualan.

Sementara Gill (2003:36) berpendapat rasio profitabilitas adalah suatu cara mengendalikan pendapatan.

Salah satu caranya ialah dengan meningkatkan margin sehingga mendapatkan manfaat lebih besar setelah dikurangi beban usaha.

Menurut Agus Sartono (2010:122) rasio ini juga erat kaitannya dengan modal, aktiva dan penjualan.

Perhitungan rasio ini juga dipertimbangkan bagi investor untuk melakukan investasi.

Menurut Fahmi (2013:116) mengayakan investor potensial akan menganalisis kelancaran perusahaan dalam menghasilkan keuntungannya.

Kelebihan Rasio Profitabilitas

Berdasarkan pengertian diatas sebenarnya sudah kelihatan dengan jelas manfaat dari rasio ini. Adapun beberapa kelebihan dari rasio profitabilitas diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui besaran laba bersih yang dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu
  2. Untuk mengetahui besaran aktiva, modal hingga penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan
  3. Dari rasio profitabilitas bisa diketahui perkembangan laba yang dihasilkan dari waktu ke waktu
  4. Kamu juga bisa mengetahui produktivitas aliran dana perusahaan yang digunakan dari modal sendiri maupun dana pinjaman
  5. Sebagai komparasi kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Dari sini kamu juga bisa melakukan evaluasi dan memberi penilaian atas efisiensi dan efektivitas manajemen
  6. Dasar investor dalam memberikan keputusan untuk berinvestasi. Rasio profitabilitas juga digunakan untuk pertimbangan dalam meningkatkan aset atau pengembalian modal sendiri
  7. Mengetahui seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi pajak. Laba sendiri terbagi atas dua jenis yakni laba kotor dan laba bersih. Laba kotor merupakan laba sebelum dikurangi beban perusahaan.
  8. Laba bersih adalah laba yang dihasilkan setelah dikurangi beban perusahaan termasuk beban pajak.
  9. Rasio profitabilitas juga digunakan oleh trader untuk mengetahui saham mana yang layak untuk dibeli.

Kekurangan Rasio Profitabilitas

Walaupun memiliki banyak keunggulan, nyatanya rasio ini masih memiliki beberapa kelemahan.

Apabila perusahaan tersebut menggunakan standar akuntansi yang berbeda dengan perusahaan pembanding maka akan sulit menilai rasio profitabilitasnya.

Selain itu data yang disediakan haruslah laporan keuangan yang lengkap agar nilai dari rasio profitabilitas valid.

Ada pula kemungkinan resiko window dressing  yakni modifikasi laporan sehingga performa keuangan perusahaan terlihat menjanjikan.

Hal ini karena rasio profitabilitas juga menjadi tolak ukur investor dalam berinvestasi.

Rumus Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas terdiri dari apa saja? Tentu saja kamu penasaran dengan jenis dari rasio ini.

Apalagi tujuan utama suatu usaha adalah menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin. Berikut jenis-jenis rasio yang termasuk dalam rasio profitabilitas :

1. Gross Profit Margin

Rasio satu ini membandingkan antara laba kotor yang dihasilkan dengan total penjualan yang didapat perusahaan.

Apabila nilai yang dihasilkan tinggi maka perusahaan dinilai mampu melakukan efisiensi terhadap kegiatan operasional perusahaannya.

Kegiatan operasional ini meliputi biaya yang timbul pada harga pokok produksi atau harga pokok penjualan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung gross profit margin  adalah sebagai berikut : (Laba Kotor /  Total Pendapatan) x 100%

2. Net Profit Margin

Rasio profitabilitas terdiri dari net profit margin atau margin laba bersih. Dari rasio ini diketahui persentase laba bersih yang dihasilkan oleh  perusahaan tersebut.

Apalagi setelah dikurangi semua beban termasuk beban pajaknya. Nilai net profit yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut semakin baik dalam mengelola pengeluaran perusahaan.

Untuk menghitung net profit margin kamu bisa menggunakan rumus laba bersih setelah pajak / total penjualan.

Penjualan yang digunakan disini adalah penjualan bersih yakni sudah dikurangi retur penjualan dan potongan penjualan. Penjualan ini tak hanya meliputi penjualan tunai saja namun juga penjualan kredit.

3. Return on Asset Ratio

Return on asset (ROA) dikenal sebagai rasio pengembalian aset. Rasio ini membandingkan pendapatan bersih dengan total aset yang dimilikinya.

Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efisien pula perusahaan tersebut mengelola asetnya.

Apabila nilainya kecil bisa ada kemungkinan perusahaan tersebut memiliki beban hutang yang perlu diangsur setiap bulannya. ROA dikatakan rendah atau tinggi bisa dengan melakukan komparasi.

Kamu bisa membandingkan ROA tahun lalu dengan sekarang atau dengan perusahaan sejenis.

Misalnya saja ROA perusahaan padat karya tidak dibandingkan dengan padat modal.  Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA sendiri adalah sebagai berikut :

ROA = total pendapatan bersih : total aset yang dimiliki

4. Return on Equity Ratio

Selanjutnya ada return on equity ratio atau ROE yakni persentase laba bersih terhadap ekuitas atau modal usaha.

Dari ROE diketahui kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian imbal hasil pada investor khususnya para pemegang saham. Modal usaha memang tak selalu berasal dari modal sendiri.

Tak jarang modal diperoleh dari patungan dengan investor lainnya. Modal bisa berupa saham yang dibeli dari bursa efek Indonesia untuk perusahaan go publik.

Pembelian saham minimal 1 lot yang terdiri dari 500 lembar saham. Semakin tinggi nilai ROE maka menguatkan posisi pemilik perusahaan tersebut.

ROE menunjukkan rentabilitas usaha. ROE tidak hanya mengukur modal investor saja namun juga modal usaha sendiri. Semakin tinggi ROE maka semakin baik perusahaan tersebut menggunakan modal usahanya.

Ditambah lagi bila ROE semakin meningkat dari tahun ke tahun maka diartikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang handal dan optimal dalam bekerja.

Untuk menghitung ROE kamu bisa menggunakan rumus laba bersih setelah pajak / ekuitas.

5. Return on Sales Ratio

Return on sales merupakan rasio yang menampilkan keuntungan sebelum pajak dan bunga.  Laba jenis ini sering dikenal dengan EBIT atau earning before interest and tax.

Rasio ini mampu menunjukkan keuntungan yang dihasilkan dari setiap penjualan produk. 

Apabila nilai labanya besar maka nilai return on sales ratio juga ikut  besar. Untuk menghitung rasio ini kamu bisa menggunakan rumus EBIT/total penjualan. Penjualan ini termasuk penjualan kredit dan tunai.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai return on sales ratio adalah besaran biaya variabel produksi dan beban umum dan administrasi perusahaan.

6. Return on Capital Employed

Return on capital employed menghitung keuntungan perusahaan dari modal kerja yang diinvestasikan. Semakin tinggi nilainya maka menggambarkan efisiensi perusahaan berjalan dengan baik.

Return on capital employed yang tinggi mengindikasikan perusahaan mampu memberikan pengembalian hasil  atas dana yang diinvestasikan.

Untuk menghitung rasio ini terdapat dua cara yaitu sebagai berikut:

Return on capital employed = laba sebelum pajak dan bunga : modal kerja

Return on capital employed = laba sebelum pajak dan bunga : (total aset – liabilitas)

7. ROI

Terakhir ada return of investment alias ROI. Rasio ini menghitung laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimilikinya.

Semakin tinggi ROI semakin baik keadaaan keuangan perusahaan tersebut. Untuk mengukur rasio ini digunakan rumus laba bersih setelah pajak/ total aktiva.

Faktor yang mempengaruhi ROI sendiri bisa berupa struktur modal, volume penjualan hingga profit margin itu sendiri.

Dari ROI kamu bisa mengetahui apakah sumber daya yang ada berupa aset sudah dioptimalkan dengan maksimal atau belum.

Contoh Kasus dan Perhitungan Rasio Profitabilitas

Contoh Kasus dan Perhitungan Rasio Profitabilitas
Contoh Kasus dan Perhitungan Rasio Profitabilitas

Untuk lebih memahami tentang rasio profitabilitas akan lebih baik bila melalui contoh kasus. Berikut contoh kasus beserta perhitungan rasio profitabilitasnya dibawah ini :

PT ABC memiliki neraca per 31 Desember tercatat memiliki penjualan sebesar Rp.80.000.000.

Laba yang dihasilkan sebelum pajak ialah Rp.20.000.000. Sementara setelah dikurangi pajak dan beban bunga sebesar Rp.15.000.000.

Laba kotornya berkisar Rp. 40.000.000. Berikut terlampir pula neraca PT.ABC per 31 Desember di bawah ini :

Neraca

PT.ABC

Per 31 Desember 2019

Dalam ribuan rupiah

AktivaDebitPasivaKredit
Kas & Bank10.000Hutang Bank40.000
Piutang Usaha25.000Ekuitas110.000
Persediaan Barang Dagang50.000
Total Aktiva Lancar85.000
Kendaraan15.000
Bangunan50.000  
Total Aktiva Tetap65.000
Total Aktiva150.000Total Hutang & Ekuitas150.000

Untuk kasus diatas perhitungan rasio profitabilitasnya adalah sebagai berikut :

  1. Gross Profit Margin : (Laba Kotor /  Total Pendapatan) x 100%

                                    = (Rp. 40.000.000/Rp.80.000.000) x 100 %

                                    = 50 %

  1. Net Profit Margin : Laba bersih setelah pajak / total penjualan

                                    = Rp. 15.000.000/Rp.80.000.000

                                    = 0.62 atau 62 %

  1. Return on Asset Ratio : total pendapatan bersih : total aset yang dimiliki

                                    = Rp. 80.000.000/Rp.150.000.000

                                    = 0.53 atau setara dengan 53 %

  1. Return on Equity Ratio :  laba bersih setelah pajak / ekuitas

                                    = Rp. 15.000.000/Rp. 110.000.000

                                    = 0.13 atau setara dengan 13 %

  1. Return on Sales Ratio : EBIT/total penjualan

                                    = Rp. 20.000.000/Rp.80.000.000

                                    = 0.25 atau 25 %

  1. Return on Capital Employed : Laba sebelum pjak dan bunga/(Aset-Hutang)

                                    = Rp. 20.000.000/(Rp. 150.000.000-Rp.40.000.000)

                                    = Rp. 20.000.000/Rp. 110.000.000

                                    = 0,18 atau 18%

  1. Return on Investment : laba bersih setelah pajak/ total aktiva

                                    = Rp. 15.000.000/Rp. 150.000.000

                                    = 0,10 atau 10 %

Dari perhitungan diatas bisa disimpulkan rasio profitabilitas PT. ABC cukup tinggi. Pengembalian atas investasi berkisar 10% dan laba sebelum pajak terhadap penjualannya mampu mencakup 25%. 

Gross profit margin dan net profit margin yang dihasilkan cukup tinggi. Kemampuan atas pengelolaan asetnya juga optimal.

Untuk melihat perkembangan rasio profitabilitas PT.ABC bisa dengan dibandingkan pada rasio profitabilitas tahun sebelumnya.

Itulah tadi informasi yang terkait dengan rasio profitabilitas mulai dari pengertian hingga bagaimana cara menghitung rasio profitabilitas.

Daftar Pustaka

  • www.jurnal.id/ id/blog /rasio-profitabilitas -pengertian -fungsi-jenis -dan-contoh- terlengkap/
  • accurate.id/ akuntansi/ rasio-profitabilitas -dalam- akuntansi/
  • dosenakuntansi. com/ rasio- profitabilitas
  • www.jojonomic.com/ blog/ rasio-profitabilitas/
  • ukirama.com/blogs/ pengertian- fungsi-jenis -dan-contoh- rasio-profitabilitas

Leave a Comment