Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa

Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa, Praktikum Titrasi Asam Basa, Strandarisasi larutan NaOH, pembuatan larutan NaOH, titrasi HCl dengan NaOH – Laporan Berikut ini merupakan laporan yang admin Laporanpraktikum.id susun dari berbagai sumber dan referensi, semoga laporan ini dapat membantu pembaca semuanya.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin tahu, dan haus akan ilmu pengetahuan. Sering secara tidak sadar manusia akan menganalisis benda-benda maupun zat-zat yang ada disekitarnya, yang tidak lain adalah berhubungan dengan kimia. Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang menganalisis teori dan cara-cara dalam melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia termasuk pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen dan sampel. Dalam kimia analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa analisis yakni analisis volumetri dan analisis gravimetri.

Analisis volumetri merupakan suatu cara untuk menentukan jumlah (kuantitatif) suatu zat. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Sesuai dengan namanya pada analisis volumetri ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam larutan yang bereaksi secara sempurna. Salah satu larutan yang harus diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut dengan larutan standar. Sedangkan larutan lain yang akan ditentukan konsentrasinya oleh larutan standar. Proses untuk menentukan konsentrasi inilah yang disebut sebagai titrasi.

Zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut dengan istilah “titran” yang dalam proses titrasi diletakkan didalam labu erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketaui konsentrasinya disebut dengan istilah “titrat” atau “titer” yang biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titran maupun titrat biasanya berupa larutan.

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi tersebut. Sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa. Jika titrasi melibatkan pembentukan reaksi kompleks maka dinamakan titrasi kompleksoteri. Titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, dan sebagainya.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titran ataupun titrat. Titrasi asam basa juga dikenal dengan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa begitu pula sebaliknya. Titran ditambahkan titrat sedikit demi sedikit hingga mencapai keadaan ekuivalen (secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi).

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dirasa perlunya untuk dilakukan praktikum mengenai titrasi asam basa.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam laporan ini adalah :

Agar pembatasan masalah dalam praktikum ini memiliki ruang lingkup yang jelas maka pembatasan masalahnya adalah

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :

  1. Bagaimana cara standarisasi larutan?
  2. Bagaimana penerapan teknik titrasi untuk menganalisis larutan asam basa?
  3. Bagaimana penentuan kadar larutan HCl?

D. Tujuan Praktikum

Tujuan  praktikum ini adalah :

  1. Mengetahui cara standarisasi larutan.
  2. Mengetahui penerapan teknik titrasi untuk menganalisis larutan asam basa
  3. Mengetahui kadar larutan HCl

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung  ion OH atau menghasilkan OH ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air. Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton  kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Golberg, 2002).

Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator merupana hal terpenting. Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya (Sukardjo, 1984).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titrat tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Adi Gunawan : 2004).

Indikator asam basa adalah senyawa halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator merupakan hal terpenting. Pada temperatur 25 °C, nilai pH untuk larutan netral adalah 7. Dibawah nilai tersebut larutan dikatakan asam, di atas nilai tersebut larutan dikatakan basa (Zaid, 2008).

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum titrasi asam basa ini kami lakukan pada :

Hari :

Tempat :

B. Alat dan Bahan

Alat

  • buret
  • starif dan klem
  • corong kaca
  • erlenmeyer 250ml
  • spatula
  • pipet tetes
  • pipet volume 25ml
  • neraca
  • kaca arloji
  • labu ukur 1000 ml
  • labu ukur 100 ml
  • gelas kimia 50 ml
  • batang pengaduk
  • botol semprot

Bahan

  • kristal NaOH 0,4 gr
  • larutan HCl 10 ml
  • aquades
  • indikator PP
  • kalium biftalat 0,5 gr

C. Prosedur Kerja atau Cara Kerja

a. Pembuatan larutan NaOH 0,1N

  1. Timbang NaOH sebanyak 0,4 gr menggunakan kaca arloji dan neraca
  2. masukkan NaOH yang telah ditimbang kedalam gelas kimia, seprot kaca arloji kedalam gelas kimia, tambahkan aquades hingga 25ml
  3. aduk dengan batang pengaduk hingga NaOH larut sempurna
  4. pindahkan larutan kedalam labu ukur 1000ml dengan bantuan corong kaca, bilas gelas kimia dan corong kaca kedalam labu ukur agar tidak ada zat yang tertinggal
  5. bilas dinding labu ukur, tambahkan aquades hingga tanda batas
  6. tutup labu ukur dan homogenkan larutan.

b. Standarisasi larutan NaOH

  1. tambahkan 3-5 tetes indikator pp pada larutan kalium biftalat
  2. titrasi larutan kalium biftalat tadi dengan NaOH hingga terbentuk larutan yang berwarna merah muda
  3. catat volume NaOH yang digunakan, lakukan triplo.

c. Titrasi HCl dengan NaOH

  1. masukkan 10ml asam klorida kedala labu ukur 100 ml
  2. encerkan dengan aquades hinggal tanda batas, homogenkan
  3. pipet larutan asam klorida encer sebanyak 25ml, masukkan kedalam erlenmeyer 250ml
  4. tambahkan 2-3 tetes indikator pp
  5. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda
  6. catat volume NaOH yang digunakan, lakukan triplo
  7. hitung kadar HCl dalam sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun pembahasan dalam laporan fotosintesis ini adalah sebagai berikut :

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan mengenai titrasi asam basa. Terdapat tiga percobaan yang kami lakukan yakni, yang pertama pembuatan larutan NaOH 0,1N , kemudian standarisasi larutan NaOH, dan titrasi HCl dengan NaOH.

a. Pembuatan larutan NaOH 0,1N

Pada pembuatan laruta NaOH 0,1 N, digunakan dua bahan yakni kristal NaOH sebanyak 0,4 gr dan aquades. Kristal natrium klorida dilarutkan dengan aquades pada gelas kimia. Setelah pengagukan kristal tersebut berubah menjadi putih dan terasa panas, hal ini disebabkan karena larutan bersifat eksoterm. Setelah kristal larut pindahkan ke dalam labu ukur tetapi tidak mencapai tanda batas, hal ini bertujuan agar volume dan konsentrasi natrium hidroksida tidak melampaui batas maksimal yang tertera pada labu takar. Kemudia membilas gelas kimia, corong kaca, serta dinding labu ukur dengan botol semprot, hal ini bertujuan agar tidak ada larutan natrium hidroksida yang tertinggal. Kemudian kami menambahkan aquades hingga tanda batas untuk mencukupi 1000ml. Kemudian lakukan pengocokanlarutan dengan cara membolak-balik labu takar agar tercampur dengan sempurna.

b. Standarisasi larutan NaOH

Sebelum melakukan titrasi ada baik melakukan standarisasi terlebih dahulu. Fungsi dari standarisasi NaOH adalah supaya diperoleh volume tertentu secara tepat. Selain itu natrium hidroksida bersifat hidroskopis yang dapat menyerap air dari lingkungannya sehingga terjadi pengenceran atau dengan kata lain dapat mengalami perubahan konsentrasi. Larutan natrium hidroksida distandarisasi menggunakan kalium biftalat yang sebelumnya sudah ditetesi dengan indikator pp. NaOH yang digunakan sebagai titrat sebanyak 23 ml. Pada titik akhir titrasi dihasilkan warna merah muda, diperoleh konsentrasi NaOH yakni 0,106 N

c. Titrasi HCl dengan NaOH

Dalam Titrasi Asam basa yang dilakukan pada praktikum ini mengunakan larutan NaOH sebagai titrat dan HCl sebagai titran sedangkan indikatornya mengunakan indikator pp atau phenolphtalein. Dimulai dari pempipetan asam klorida sebanyak 25ml kedalam erlenmeyer. Sebelum titrasi dilakukan, kami menambahkan 2-3 tetes indikator pp kedalam labu erlenmeyer yang berisi larutan HCl 25ml, hal ini bertujuan agar terjadi perubahan warna yang akan menunjukkan titik akhir titrasi. Pemilihan indikator pp karena larutan ini memiliki trayek pH pada saat terjadi titik ekuivalen yang sesuai untuk asam klorida. Larutan natrium klorida yang terpakai dalam proses titrasi adalah sebanyak 1 ml. Dari hasil analisis diperoleh kadar asam klorida sebesar 0,24%.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

  1. Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Dari percobaaan yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui dan menerapkan teknik tirasi yang benar untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
  2. Dengan menggunakan teknik titrasi yang benar, kita dapat menstandarisasi larutan yang di uji. Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang distandarisasi yaitu larutan NaOH dan HCl.
  3. Kadar asam klorida yang diperoleh dalam sampel adalah sebesar 0,24%

Daftar Pustaka

Adapun Daftar Rujukan Berbagai sumber diatas, adalah sebagai berikut:

  • Goldberg. David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
  • Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
  • Sukardjo.1984. Kimia Organik.  Jakarta ; Rineka Cipta.
  • Zaid, Muhamad. 2008. Bisa Kimia. Bandung: Gramedia.

Download Laporan Praktikum (PDF)

Anda Dapat Mendownload Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa Kimia berikut dengan Format PDF dengan mengklik tombol download di bawah ini.

Download Laporan Praktikum
Klik Tombol Diatas

2 thoughts on “Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa”

Leave a Comment