Cerita Rakyat Jaka Tarub

Cerita Rakyat Jaka Tarub merupakan salah satu cerita yang sangat populer dinegara kita hingga turun temurun. Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya daerah.

Jawa Tengah contohnya, terdapat cerita rakyat rakyat Jaka Tarub yang melegenda. Mungkin waktu Anda masih kecil pernah mendengar cerita ini atau sempat membaca buku cerita.

Jaka Tarub adalah cerita tentang seorang manusia yang mendapatkan istri seorang bidadari yang turun dari kahyangan. Kisah percintaan mereka dramatis dan sarat akan pesan moral.

Cerita Rakyat Jaka Tarub

[su_box title=”Simak Ceritanya” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

1. Asal Mula Cerita

Dikisahkan pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sopan, baik, dan rajin bernama Jaka Tarub. Dia adalah anak dari Mbok Randa Tarub yang sehari-hari mengerjakan sawah dan ladangnya.

Semakin dewasa, Jaka Tarub tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan. Sebenarnya, banyak gadis-gadis desa yang ingin bisa menikah dengannya.

Namun dia lebih memilih untuk bekerja dan berbakti kepada ibunya, dia belum ingin segera beristri. “Anakku, Jaka Tarub.

Kamu sekarang sudah dewasa dan mbok lihat kamu sudah sepantasnya meminang gadis dan menikahinya.

Lekaslah menikah nak, simbok sudah tua dan sudah pengen bisa menimang cucu” pinta sang ibu kepada putranya. Jaka Tarub pun menjawab permintaan ibunya,

“Mbok, Tarub belum ingin menikah sekarang”. Kembali Simbok berkata “Jika nanti simbok telah tiada, lalu siapa yang akan mengurusmu nak?”. 

“Simbok tenang saja, aku akan selalu berdoa agar Simbok terus diberi kesehatan dan umur yang panjang,” kata Jaka Tarub.

Tenyata kata-kata itu adalah kata terakhir yang diucapkan kepada ibunya, karena pada esok harinya Mbok Randa meninggal karena terserang demam.

2. Hidup Tanpa Ada Simbok

Setelah sang ibu meninggal membuat Jaka Tarub dilanda kesedihan mendalam dan terpuruk. Dia lebih banyak melamun sepanjang hari.

Bahkan sawah dan ladangnya menjadi terbengkalai dan tidak pernah diurus. Suatu hari ketika dia bangun tidur, merasa sangat ingin makan daging rusa.

Segera dia mengambil sumpitan dan pergi ke hutan untuk berburu. Naas dialaminya karena hingga siang hari tidak ada seekor rusa pun yang terlihat. Akhirnya dia tertidur dibawah pohon karena lelah.

3. Melihat Para Bidadari di Telaga

Setelah beberapa waktu tertidur, Jaka Tarub seperti mendengar suara perempuan. Dia pun bangun dan mencari sumber suara itu.

Pandangannya tertuju pada telaga, secara takjub dia melihat tujuh perempuan cantik yang sedang asyik bermain air dan bercanda.

Sambil memperhatikan perempuan tersebut, Jaka Tingkir melihat ada selendang yang tergeletak di tepi telaga. Dia diam-diam mengambil satu selendang dan menyembunyikannya.

Ketika waktu menjelang senja, bidadari mengambil selendang masing-masing untuk terbang ke kahyangan. Tiba-tiba salah satu bidadari kebingungan mencari selendangnya.

“Dimana selendangku, kenapa tidak ada. Bagaimana Kakang Mbok?” 

Para bidadari yang lain segera membantu mencarinya, namun matahari hampir terbenam dan bidadari harus kembali ke kahyangan segera.

“Nawang Wulan, maafkan kami tidak bisa terlalu lama menunggu. Mungkin inilah takdirmu untuk tinggal di Mayapada.”

Kata bidadari tertua. Setelah itu Nawang Wulan ditinggal para bidadari lainnya yang terbang kembali ke kahyangan. 

4. Menikahi Nawang Wulan dan Bahagia

Nawang Wulan hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya. Jaka Tarub memperhatikan dan akhirnya keluar dari persembunyiannya. Dia mencoba mendekati sang bidadari dan menyapanya.

Kemudian memberikan tawaran untuk tinggal sementara di rumahnya. Setelah Nawang Wulan tinggal dirumah Jaka Tarub, hidupnya diliputi dengan kebahagiaan.

Selendang yang dia curi disembunyikan di dalam lumbung padi. Mereka pun akhirnya menikah. Hidup mereka sungguh bahagia, apalagi setelah satu tahun lahirlah seorang bayi perempuan yang lucu.

Bayi itu diberi nama Nawangsih. Jaka Tarub sangat bersyukur mendapatkan istri cantik dan anak yang lucu.

5. Kesaktian Nawang Wulan Hilang

Sebagai seorang bidadari, Nawang Wulan memiliki banyak kesaktian yang memudahkan kehidupan rumah tangganya. Contohnya adalah menanak nasi.

Namun Nawang Wulan tidak pernah bercerita kepada suaminya, Jaka Tarub. Pagi itu Nawang Wulan hendak pergi ke sungai. Diapun berpesan kepada suaminya “Kang, tolong jagakan apinya ya.

Aku mau ke kali. Tapi ingat kukusannya jangan pernah dibuka sampai aku kembali.” Pesan ini pun diiyakan oleh Jaka Tarub. Sambil menjaga api, lama-lama Jaka tarub penasaran kenapa istrinya melarangnya.

Dia pun nekat membuka kukusan tersebut. Jaka tarub pun kaget ketika melihat hanya terdapat setangkai padi di dalam kukusan tersebut. Dia menjadi tahu kenapa lumbung padi tidak habis-habis.

Apa yang dilakukan Jaka Tarub ternyata menjadi petaka untuk Nawang Wulan. Ketika kembali dari sungai, dia tahu bahwa suaminya membuka kukusan tersebut.

hal itu mengakibatkan Nawang Wulan kehilangan kekuatannya.

6. Penemuan Selendang

Setelah kehilangan kekuatannya, Nawang Wulan berubah menjadi wanita biasa. Untuk bisa menanak nasi, dia harus menumbuk padi dan memasak seperti pada umumnya.

Tanpa disadari padi di lumbung semakin menipis. Pada suatu hari, dia pergi ke lumbung untuk mengambil padi. Tidak sengaja dia melihat selendang miliknya.

Akhirnya dia tahu bahwa selama ini yang menyembunyikan selendangnya adalah suaminya sendiri. Nawang Wulan marah dan sangat kecewa kepada Jaka Tarub.

Dia merasa dibohongi dan dihianati oleh suaminya sendiri. Dia lalu pergi menemui suaminya dengan membawa selendang tersebut.

7. Kembali ke Kahyangan

Jaka Tarub terkejut melihat isterinya memakai selendang tersebut, apalagi dia berkata hendak kembali ke kahyangan. “Kakang, tolong jaga Nawangsih, aku akan kembali ke kahyangan.

Buatkan juga danau di dekat rumah. Setiap malam bawa Nawangsih ke danau tersebut, aku akan menyusuinya.”

“Tapi ingat kakang jangan mendekat!” lanjut Nawang Wulan. Sedetik kemudian, dia telah terbang kembali ke kahyangan.

Jaka Tarub menyesali perbuatannya dan menuruti permintaan istrinya. Dia membuat danau dan setiap malam membawa Nawangsih. 

Dia tidak pernah mendekat, hanya melihat dari jauh ketika anaknya bermain dengan ibunya. Nawang Wulan akan kembali ke kahyangan ketika Nawangsih telah.

Nawang Wulan selalu melindungi dan memberikan bantuan saat sulit. Jaka Tingkir percaya bahwa bantuan itu dari Nawang Wulan.[/su_box]

Selain cerita rakyat di atas, mungkin anda juga tertarik membaca:

Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Jaka Tarub

Dalam Cerita Rakyat Jaka Tarub dan Nawang Wulan tersebut, tersimpan banyak unsur yang bisa digali.

Salah satunya adalah unsur intrinsik atau unsur utama yang membangun keutuhan sebuah cerita.

Berikut adalah beberapa unsur intrinsik dalam kisah Jaka Tarub.

1. Tema

[su_box title=”Tema Cerita” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

Kisah tentang Jaka Tarub ini memiliki tema atau inti cerita tentang seorang bidadari bernama Nawang Wulan yang terpaksa tinggal di dunia manusia. Pada akhirnya dia memiliki kesempatan untuk kembali ke kahyangan.[/su_box]

2. Latar

[su_box title=”Latar dalam Cerita” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

Legenda Jaka Tarub ini mengambil beberapa latar, contohnya telaga yang terletak di dalam hutan, rumah Jaka Tarub, lumbung padi tempat selendang di sembunyikan, serta danau dekat rumah. Untuk latar waktu yang digunakan adalah pagi, siang, serta malam hari.[/su_box]

3. Tokoh

[su_box title=”Penokohan” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

A. Jaka Tarub

Tokoh ini digambarkan sebagai orang yang egois, tamak, gegabah, dan memiliki pemikiran pendek.

Sifat ini dilihat ketika dia menemukan selendang Nawang Wulan dan justru memutuskan untuk menyembunyikannya.

Kejadian lainnya adalah ketika dia gegabah membuka kukusan nasi, padahal sudah diberitahu untuk tidak membukanya selama dimasak.

Namun dibalik sifatnya itu, Jaka Tarub adalah orang yang baik, pekerja keras, dan sangat berbakti. Sebenarnya dia termasuk orang yang menepati janji.

Hal ini terbukti ketika Nawang Wulan sudah kembali ke kahyangan, dia membuatkan danau sesuai dengan permintaan istrinya.

B. Nawang Wulan

Adalah sosok bidadari yang memiliki sifat penyayang, pemaaf, serta bertanggung jawab. Ketika dia tahu bahwa suaminya berbohong, dia masih terus berusaha mengurus anaknya dengan baik.

C. Bidadari Lainnya

Dalam cerita ini muncul juga tokoh lain yaitu para bidadari kahyangan, Mbok Randa Tarub, dan juga Nawangsih. Walaupun kemunculan mereka tidak terlalu banyak, namun memberikan keutuhan sebuah cerita.[/su_box]

4. Alur

[su_box title=”Alur Cerita” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

Cerita Rakyat Jaka Tarub ini menggunakan alur maju. Alasannya adalah kisah ini diceritakan mulai dari awal Jaka Tarub mencuri selendang Nawang Wulan hingga mereka menikah, memiliki anak, dan berakhir dengan kepulangan Nawang Wulan ke kahyangan.[/su_box]

5. Sudut Pandang

[su_box title=”Sudut pandang dalam cerita” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

Kisah ini menggunakan sudut pandang orang ketika, sebab menggunakan kata dia, mereka, dan dirinya. [/su_box]

6. Amanat/Pesan Moral

[su_box title=”Pesan yang dapat di petik” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

  • Hubungan yang terjalin dengan orang yang kita sayang, tidak akan bisa bahagia jika didasarkan pada kebohongan.
  • Jadilah orang yang pemaaf dan maafkanlah orang yang telah melakukan kesalahan pada kita.
  • Jagalah selalu amanah yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.[/su_box]

7. Majas

[su_box title=”Analisis Majas” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

  • Majas Parabel yaitu majas yang terdapat nilai atau falsafat yang mendalam tentang kehidupan yang tertuang pada cerita. 

“Akhirnya dia tahu bahwa selama ini yang menyembunyikan selendangnya adalah suaminya sendiri. Nawang Wulan marah dan sangat kecewa kepada Jaka Tarub. Dia merasa dibohongi dan dihianati oleh suaminya sendiri[/su_box]

Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat Jaka Tarub

Selain unsur intrinstik, berikut kamu ulas unsur ekstrinsik dalam cerita jaka tarub ini:

[su_box title=”Analisis Unsur Ekstrinsik” style=”bubbles” box_color=”#A8A200″ title_color=”#ffffff”]

1. Nilai Budaya

  • Dalam cerita disebutkan Nawang Wulan menggunakan cara tradisional dengan menumbuk padi sebelum memasaknya.
  • Masa sekarang cara tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih ke cara modern.

2. Nilai Agama

Adanya perbandingan nilai yang terkandung dalam cerita dengan nilai yang terjadi saat ini.

3. Nilai Moral

  • Dalam cerita, Nawang Wulan memaafkan suaminya yang telah berbohong dan mengkhianatinya.
  • Untuk masa sekarang, wanita seperti Nawang Wulan sudah mulai langka.[/su_box]

Cerita Rakyat Jaka Tarub mengandung banyak makna dan pesan moral yang bisa Anda ambil. Bukan hanya sekedar cerita pengantar tidur.

Cerita ini layak terus di kenalkan kepada generasi muda agar tidak lupa akan budaya bangsa.

Leave a Comment